**PRADANAMEDIA/ PALANGKA RAYA – Gubernur Kalimantan Tengah, Agustiar Sabran, mengajak mahasiswa untuk berdialog terbuka guna membahas capaian dan program kerja selama lebih dari 100 hari masa jabatannya. Dialog ini berlangsung hangat setelah acara nonton bareng pertandingan Timnas Indonesia melawan Jepang dalam Kualifikasi Piala Dunia 2026, di Rumah Jabatan Gubernur, Selasa malam (10/6).
Dalam pertemuan tersebut, Agustiar memaparkan sejumlah langkah awal yang telah ia ambil bersama Wakil Gubernur Edy Pratowo, termasuk berbagai program strategis yang sedang dijalankan pemerintah provinsi.

Ketua BEM Universitas Palangka Raya, David Benedictus Situmorang, menyambut baik dialog tersebut sebagai ruang aspiratif. Namun, ia juga menyampaikan kritik dan masukan terhadap beberapa aspek program yang dinilai masih kurang menyentuh kebutuhan mahasiswa dan pendidikan tinggi.
“Kami mengapresiasi kunjungan Gubernur ke berbagai SMA, tapi kami belum melihat perhatian yang sama diberikan kepada perguruan tinggi. Kampus-kampus juga perlu dikunjungi dan dilihat langsung kondisinya,” ujar David.
David juga menyoroti implementasi program 1 Keluarga 1 Sarjana, yang menurutnya membutuhkan perencanaan dan mekanisme yang lebih tepat sasaran. Ia mencontohkan, masih ada penerima beasiswa sebelumnya yang tidak memenuhi kriteria prioritas.
“Program ini sangat baik, tapi perlu formulasi yang ketat agar tidak mengulangi kesalahan sebelumnya dalam penyaluran beasiswa,” tegasnya.
Lebih lanjut, David mengusulkan agar Pemprov Kalteng juga mulai menyediakan beasiswa S2 sebagai bentuk dukungan terhadap regenerasi kepemimpinan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia di daerah.
Tak hanya isu pendidikan, David turut menyinggung pentingnya perlindungan terhadap masyarakat adat. Ia mendesak pemerintah daerah untuk memperkuat keberadaan hutan adat dan hak masyarakat adat melalui payung hukum yang jelas.
“Perlu ada Peraturan Gubernur atau Perda yang mengatur tentang masyarakat adat dan wilayah hutan adat, agar ketika ada persoalan agraria masyarakat memiliki dasar hukum yang kuat,” ujar David.
Menanggapi berbagai masukan tersebut, Gubernur Agustiar Sabran menyatakan bahwa pihaknya terbuka terhadap kritik dan masukan dari generasi muda. Ia juga mengakui bahwa realisasi visi-misi pemerintahan membutuhkan waktu, kerja sama, dan sinergi dari semua pihak.
“Tidak mudah mewujudkan semua harapan. Diperlukan kolaborasi dan semangat gotong royong untuk membangun Kalimantan Tengah bersama,” tandasnya.
Dialog antara Gubernur dan mahasiswa ini menjadi sinyal positif bagi pembangunan partisipatif di Kalimantan Tengah, sekaligus menggarisbawahi pentingnya menjadikan kampus sebagai mitra kritis dan strategis dalam pembangunan daerah. (RH)
