Trump-Xi Bicara Dagang Lagi: Isyarat Damai atau Sekadar Jeda?

EKONOMI INTERNASIONAL

**PRADANAMEDIA/ WASHINGTON DC – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kembali membuka jalur komunikasi dengan Presiden China Xi Jinping, dalam percakapan telepon yang berlangsung selama satu setengah jam pada Kamis (5/6). Percakapan ini menjadi yang pertama sejak ketegangan dagang antara dua raksasa ekonomi dunia kembali memanas.

“Panggilan itu sangat positif bagi kedua negara,” tulis Trump di platform Truth Social miliknya, tanpa merinci isi diskusi secara mendalam.

Percakapan ini disambut hangat oleh pasar. Nada yang lebih damai dibanding retorika sebelumnya menjadi angin segar bagi pelaku ekonomi. Analis Briefing.com, Patrick O’Hare, mencatat bahwa respons awal pasar menunjukkan optimisme atas meredanya ketegangan yang selama ini membebani perdagangan global.

Trump juga mengumumkan bahwa tim negosiasi kedua negara akan segera bertemu untuk membahas langkah konkret ke depan. Namun analis dari City Index dan FOREX.com, Fawad Razaqzada, menekankan bahwa percakapan positif saja tidak cukup. “Penting agar pertemuan ini berujung pada aksi nyata,” ujarnya kepada AFP.

Sejak kembali menjabat, Trump kembali menghidupkan kebijakan tarif tinggi terhadap berbagai negara, termasuk China. Ia memberlakukan tarif tambahan 10 persen terhadap sejumlah besar produk impor, langkah yang dikhawatirkan dapat mendorong inflasi di AS.

Dinamika Global: Dampak pada Pasar, ECB, dan The Fed

Di sisi lain, Eropa juga menjadi pusat perhatian. Bank Sentral Eropa (ECB) memutuskan untuk memangkas suku bunga simpanan utama sebesar 0,25 persen menjadi dua persen—pemangkasan kedelapan sejak Juni tahun lalu. Meski demikian, Presiden ECB Christine Lagarde menyatakan siklus pelonggaran ini hampir selesai.

“Pernyataan ECB ini mendorong penguatan nilai tukar euro terhadap dolar,” lapor media ekonomi setempat. Namun, indeks saham Eropa ditutup bervariasi akibat volatilitas pasar.

Kebijakan ECB ini kontras dengan langkah Federal Reserve (The Fed) yang masih menahan suku bunga di tengah ketidakpastian arah inflasi akibat tarif Trump. Kekhawatiran pasar meningkat setelah data ekonomi AS menunjukkan sinyal melemahnya pertumbuhan.

Survei dari ADP menyebutkan bahwa hanya 37.000 pekerjaan baru tercipta di sektor swasta pada Mei—turun drastis dibanding April. Selain itu, sektor jasa mengalami kontraksi untuk pertama kalinya sejak Juni tahun lalu. Pasar kini menanti data penggajian resmi dari pemerintah yang akan dirilis Jumat ini, karena data tersebut diperkirakan memengaruhi keputusan The Fed terkait kemungkinan pemangkasan suku bunga, dengan proyeksi dua kali sebelum akhir 2025.

Pertemuan kembali antara Trump dan Xi membawa harapan, namun publik dan pelaku pasar membutuhkan lebih dari sekadar retorika damai. Kejelasan arah kebijakan dagang dan moneter akan menentukan apakah ketegangan benar-benar mereda atau hanya ditunda sementara. (RH)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *