Tragedi Ledakan Pabrik Mesiu di Rusia: 20 Tewas, 134 Luka-luka, dan Pertanyaan soal Keselamatan Kerja

INTERNASIONAL

**PRADANAMEDIA / RYAZAN – Jumlah korban tewas akibat ledakan dahsyat di sebuah pabrik mesiu di wilayah Ryazan, Rusia, bertambah menjadi 20 orang. Insiden yang terjadi pada Jumat (15/8) itu juga menyebabkan sedikitnya 134 orang mengalami luka-luka, dengan 31 di antaranya masih menjalani perawatan intensif di rumah sakit.

Pemerintah setempat mengumumkan hal ini pada Senin (18/8), sekaligus menetapkan hari berkabung untuk mengenang para korban.

Awalnya, laporan media independen hanya menyebutkan 11 korban jiwa setelah ledakan di pabrik mesiu dan amunisi Elastik, sekitar 200 kilometer dari Moskwa. Meski otoritas tidak menyebutkan nama pabrik secara resmi, publik mengetahui fasilitas tersebut memang memiliki rekam jejak masalah serius terkait keselamatan kerja.

Menurut kanal Telegram 112 yang sering mengutip aparat penegak hukum, ledakan diduga dipicu oleh granat. Foto-foto yang dirilis Kementerian Darurat Rusia memperlihatkan salah satu aula pabrik luluh lantak menjadi puing-puing. Hingga kini, operasi pencarian dan evakuasi korban masih berlangsung.

Badan investigasi utama Rusia telah membuka kasus pidana atas dugaan pelanggaran aturan keselamatan industri. Hal ini menegaskan bahwa insiden tersebut kemungkinan besar tidak terkait dengan serangan Ukraina, meskipun sejak invasi Rusia pada 2022, Kyiv kerap melakukan aksi sabotase terhadap infrastruktur militer dan industri di wilayah Rusia.

Ledakan fatal di pabrik-pabrik Rusia sendiri bukanlah hal baru. Kecelakaan serupa kerap terjadi, terutama akibat kelalaian standar keselamatan yang sudah lama dianggap kronis. Bahkan, pada 2021, pabrik yang sama pernah meledak dan menewaskan 17 orang. Sejumlah pejabat perusahaan saat itu divonis penjara karena terbukti lalai menjaga keamanan kerja.

Tragedi terbaru ini kembali memunculkan pertanyaan besar mengenai pengawasan industri berisiko tinggi di Rusia, sekaligus menambah catatan kelam kecelakaan kerja yang seharusnya bisa dicegah. (RH)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *