**PRADANAMEDIA/ KUALA KAPUAS – Dalam suasana penuh semangat dan kearifan lokal, ribuan masyarakat Kabupaten Kapuas turut serta memeriahkan ritual adat tahunan Laluhan, yang digelar sebagai bagian dari rangkaian kegiatan Mamapas Lewu dalam memperingati Hari Jadi Kabupaten Kapuas dan Kota Kuala Kapuas.
Bupati Kapuas HM Wiyatno, SP bersama Wakil Bupati Dodo, SP, unsur Forkopimda, dan sejumlah pejabat SOPD tampak antusias mengikuti prosesi yang sarat makna ini. Ritual dimulai dari Betang Sei Pasah, di mana rombongan pejabat menaiki perahu dan menyusuri aliran Sungai Murung (DAS Murung) menuju Pelabuhan Danau Mare—lokasi utama pelaksanaan upacara.
Setibanya di podium utama, Bupati dan Wakil Bupati bersama Forkopimda melakukan aksi simbolis “perang” menggunakan batang suli sebagai senjata. Tradisi saling melempar batang suli ini melambangkan pertempuran antara kekuatan baik melawan kekuatan jahat—sebuah simbolisasi pembersihan spiritual dan moral wilayah Kapuas dari pengaruh negatif dan energi buruk.
Ritual ini diyakini sebagai bentuk upaya menghalau roh-roh jahat agar hanyut terbawa arus sungai menuju laut lepas, serta memohon perlindungan bagi masyarakat Kapuas agar senantiasa terhindar dari malapetaka, kesialan, dan bencana.
Setelah prosesi peperangan, rangkaian acara dilanjutkan dengan Balian Ngarunya—ritual adat yang merepresentasikan kemenangan atas musuh serta penyembuhan dari penyakit dan musibah. Digelar di halaman Rumah Jabatan Bupati Kapuas, prosesi ini juga menjadi simbol perjuangan masyarakat dalam melawan kemiskinan, kebodohan, dan keterbelakangan.
Ritual Laluhan dan Balian Ngarunya bukan sekadar pertunjukan budaya, tetapi menjadi refleksi spiritual dan sosial masyarakat Dayak di Kapuas, tentang pentingnya menjaga harmoni, keseimbangan, serta membangun kehidupan yang lebih baik melalui nilai-nilai adat dan budaya leluhur. (RH)
