
Jakarta – Rencana apel akbar Pasukan Berani Mati Pembela Jokowi yang akan dilaksanakan di Tugu Proklamasi pada Minggu, 22 September 2024, mendapatkan perhatian kritis dari berbagai kalangan. Direktur Institut Studi Inovatif Generasi & Humanitas Terpadu (INSIGHT), Dede Rosyadi, atau yang lebih dikenal sebagai Deros, menilai bahwa acara ini hanya akan menambah ketegangan di masyarakat.
Deros berpendapat bahwa Pasukan Berani Mati seharusnya lebih fokus pada pembelaan terhadap rakyat miskin dan terzalimi, ketimbang membangun narasi yang dianggap tidak relevan dengan situasi saat ini. Ia menekankan bahwa Presiden Jokowi dalam kondisi baik dan tidak memerlukan pembelaan yang ekstravaganza. “Lebih baik jika pasukan ini membela rakyat yang benar-benar membutuhkan dukungan daripada mengalihkan perhatian dengan narasi yang tidak jelas,” ujar Deros.
Ia juga menyoroti bahwa wacana apel akbar ini tampaknya lebih menciptakan ketakutan yang tidak berdasar, apalagi mengingat bahwa Sukodigdo Wardoyo, yang disebut sebagai koordinator acara, tidak pernah muncul di publik. “Jika Sukodigdo adalah sosok nyata, mengapa tidak ada kepastian mengenai keberadaannya? Kami sarankan agar pihak berwenang memeriksa e-KTP-nya. Jika namanya tidak ditemukan, ini bisa jadi indikasi bahwa sosok tersebut tidak ada,” kata Deros.
Deros menegaskan bahwa narasi yang dibawa oleh Pasukan Berani Mati Pembela Jokowi terlihat seperti bagian dari skenario politik untuk menciptakan ketegangan dan mengadu domba masyarakat. Ia menyerukan agar semua pihak fokus pada kemajuan pemerintahan Jokowi dan memperbaiki kekurangan yang ada, alih-alih membiarkan politikus dan kelompok tertentu merusak suasana dengan aksi yang tidak produktif. (KN)