PRADANAMEDIA / KAPUAS – Sebanyak 30 petani cabai di Desa Pulau Telo, Kecamatan Selat, Kabupaten Kapuas, mengikuti Sekolah Lapang Budidaya Cabai dengan konsep Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT) pada Rabu (1/10).
Kegiatan ini bertujuan memperkuat pengetahuan dan keterampilan petani dalam budidaya cabai berbasis konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT). Melalui pelatihan ini, para peserta dilatih menganalisis data agroekosistem, meningkatkan keterampilan dalam mengendalikan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT), sekaligus memasyarakatkan penerapan PHT dalam pengelolaan usaha tani.
Narasumber dalam kegiatan ini adalah Ahmadi, Petugas Pengendali Organisme Pengganggu Tanaman (POPT) dari Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Peternakan Provinsi Kalimantan Tengah yang bertugas di wilayah Kapuas.

Penerapan PHT Sebagai Solusi
Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Peternakan Provinsi Kalimantan Tengah, Rendy Lesmana, menyambut baik kegiatan ini. Menurutnya, serangan hama pada tanaman cabai kerap menimbulkan kerugian besar bila tidak segera ditangani.
“Sekolah Lapang menjadi solusi strategis untuk membantu petani mengelola OPT pada tanaman cabai. Jika serangan hama dibiarkan, hasil panen bisa hilang dalam jumlah signifikan,” ujar Rendy.
Ia menambahkan, program SLPHT ini dilaksanakan melalui UPT Balai Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura, yang bertugas menyelenggarakan kegiatan teknis perlindungan tanaman pangan dan hortikultura.
“Masalah OPT merupakan persoalan kompleks karena melibatkan interaksi antara komponen agroekosistem dan campur tangan manusia. Karena itu, dibutuhkan konsep pengendalian yang efisien, ramah lingkungan, dan berkelanjutan. PHT adalah salah satu jawabannya,” jelas Rendy.
Petani Lebih Mandiri dan Terampil
Melalui kegiatan ini, para petani tidak hanya memahami teknik budidaya cabai dari pra-tanam hingga pasca panen, tetapi juga terampil mengidentifikasi hama maupun penyakit yang menyerang tanaman mereka.
Lebih jauh, peserta juga didorong untuk mampu menerapkan langkah-langkah pengendalian secara mandiri di tingkat kelompok tani. Dengan begitu, petani bisa menjaga produktivitas sekaligus meningkatkan kualitas panen.
Dengan adanya sekolah lapang ini, diharapkan para petani cabai Kapuas semakin mandiri dalam mengelola usaha taninya, mampu menekan risiko gagal panen akibat OPT, serta berkontribusi menjaga ketahanan pangan daerah. (RH)
