GLOBAL/ WASHINGTON DC – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyampaikan ucapan selamat menjalankan ibadah Ramadhan kepada umat Muslim di seluruh dunia. Pernyataan ini disiarkan langsung oleh Gedung Putih dan dikutip dalam siaran pers Kedutaan Besar serta Konsulat AS di Indonesia pada Senin (3/3).
Dalam pernyataannya, Trump menegaskan bahwa Amerika Serikat menjunjung tinggi kebebasan beragama serta menghormati nilai-nilai spiritual yang terkandung dalam bulan suci Ramadhan.

“Hari ini, saya menyampaikan salam hangat untuk bulan suci Ramadhan—waktu yang penuh berkah untuk berpuasa, berdoa, dan berkumpul bersama,” ujar Trump dalam pernyataan resminya. Ia menambahkan bahwa bulan Ramadhan adalah momen untuk merenungkan harapan, keberanian, serta inspirasi dalam menjalani kehidupan yang penuh kesucian dan kebajikan.
Lebih lanjut, Trump menegaskan bahwa pemerintah AS tetap berkomitmen untuk menjaga kebebasan beragama sebagai salah satu nilai fundamental bangsa.
“Saat jutaan Muslim Amerika memulai ibadah Ramadhan mereka, pemerintahan saya kembali menegaskan komitmen untuk menjunjung tinggi kebebasan beragama yang merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan di Amerika,” tuturnya.
Trump juga menyampaikan harapannya agar Ramadhan menjadi bulan refleksi yang membawa kedamaian serta meningkatkan persaudaraan antarumat beragama. “Di bulan Ramadhan ini, saya menyampaikan doa dan harapan terbaik untuk refleksi yang penuh kebahagiaan atas rahmat dan cinta Tuhan yang tiada batas,” tambahnya.
Indonesia Mulai Ramadhan Lebih Awal Dibanding Negara Tetangga
Sementara itu, Pemerintah Indonesia menetapkan awal Ramadhan 1446 Hijriah jatuh pada Sabtu, 1 Maret 2025. Keputusan ini membuat Indonesia memulai ibadah puasa lebih awal dibandingkan negara-negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, Thailand, dan Kamboja yang baru memulai Ramadhan pada Minggu, 2 Maret 2025.
“Hasil pemantauan menunjukkan hilal telah terlihat di beberapa titik di Indonesia, termasuk di Provinsi Aceh. Dengan demikian, 1 Ramadhan 1446 H jatuh pada 1 Maret 2025,” ujar Menteri Agama Republik Indonesia, Nasaruddin Umar, dalam konferensi pers setelah sidang isbat yang digelar pada Jumat (28/2).
Nasaruddin menjelaskan bahwa perbedaan ini terjadi akibat variasi sudut elongasi dan ketinggian hilal di masing-masing negara. “Meskipun negara-negara ini berdekatan secara geografis, posisi hilal bisa berbeda, sehingga hasil pengamatan juga tidak selalu sama,” jelasnya.
Ia pun mengimbau umat Muslim di berbagai negara untuk mengikuti keputusan otoritas keagamaan masing-masing dalam menentukan awal Ramadhan, mengingat metode rukyat dan hisab dapat menghasilkan perbedaan penetapan.
Dengan adanya perbedaan penentuan awal Ramadhan di berbagai negara, umat Muslim diharapkan dapat tetap menjaga toleransi dan persatuan dalam menjalankan ibadah puasa. (RH)
