**PRADANAMEDIA – Teknologi siluman (stealth) telah berevolusi menjadi salah satu pilar utama dalam strategi militer modern, memberikan keunggulan signifikan dalam peperangan udara. Melalui desain aerodinamis khusus, material penyerap gelombang radar, serta sistem navigasi berprofil rendah, pesawat tempur siluman mampu menyusup ke wilayah musuh tanpa mudah terdeteksi radar—mengubah peta pertempuran global secara drastis.

Meski tidak sepenuhnya “tak terlihat”, jet siluman dirancang agar hanya muncul seperti titik kecil atau bahkan seperti burung di layar radar musuh. Teknologi ini memungkinkan serangan presisi tinggi dengan tingkat visibilitas minimal, membuat lawan kehilangan keunggulan dalam sistem deteksi dan respon.
Pesawat-pesawat seperti F-117 Nighthawk, B-2 Spirit, dan F-22 Raptor menjadi contoh nyata keberhasilan penerapan teknologi low observable oleh negara-negara maju. Hingga saat ini, hanya Amerika Serikat, China, dan Rusia yang mampu memproduksi jet tempur siluman secara mandiri. Bahkan, beberapa varian seperti F-35 Lightning II telah dipasarkan ke negara-negara sekutu, memperluas pengaruh teknologi ini secara global.
Jejak Sejarah Pesawat Tempur Siluman
Cikal bakal teknologi siluman dapat ditelusuri sejak era Perang Dunia I, saat Jerman mencoba melapisi pesawatnya dengan bahan transparan bernama Cellon. Sayangnya, material ini malah memantulkan cahaya matahari dan membuat pesawat lebih mudah terlihat, sehingga upaya itu gagal.
Kemajuan berarti muncul pada Perang Dunia II, ketika Jerman mengembangkan Horten Ho 229, pesawat bermodel sayap terbang tanpa permukaan vertikal yang sulit dideteksi radar Inggris. Amerika Serikat kemudian menciptakan prototipe Northrop YB-49, meski pada awalnya tidak dirancang untuk tujuan siluman.
Baru pada 1970-an, teknologi stealth benar-benar diwujudkan secara efektif oleh Lockheed Martin lewat desain unik F-117 Nighthawk, hasil pemodelan komputer mutakhir saat itu. Pesawat ini mulai digunakan dalam sejumlah konflik besar seperti invasi Panama, Perang Teluk, dan Perang Kosovo pada akhir 1990-an. Saat membom Yugoslavia pada 1999, AS mengerahkan F-117 dan B-2, meski satu F-117 sempat ditembak jatuh.
Sejak saat itu, jet tempur siluman terus digunakan dalam berbagai operasi militer, termasuk di Irak, Afghanistan, Suriah, hingga Iran.
Teknologi di Balik “Tak Terlihatnya” Pesawat Siluman
Jet siluman dirancang untuk meminimalkan jejak radar melalui teknologi low observable. Struktur pesawat dibuat dari bahan penyerap gelombang radar yang mengurangi refleksi sinyal ke sistem deteksi musuh. Bahkan, beberapa jet bisa tampil seolah-olah hanyalah burung kecil di layar radar.
Selain menghindari radar, pesawat ini juga dirancang untuk meminimalisasi deteksi melalui inframerah, gelombang radio, cahaya tampak, suara, dan elektromagnetik. Komponen seperti mesin senyap, sistem pendingin panas, dan desain aerodinamis ekstrem menjadi elemen krusial dalam mendukung stealth.
Tak hanya itu, teknologi komputer yang tertanam memungkinkan pesawat tetap stabil meskipun memiliki bentuk yang tidak ideal secara aerodinamis. Navigasi berbasis sistem inertial guidance, radar laser, serta radar berkemungkinan intersepsi rendah (low probability of intercept radar) juga digunakan agar jet tetap bisa melacak target tanpa mengaktifkan alarm radar musuh.
Ciri Khas Jet Tempur Siluman
Umumnya, jet siluman memiliki permukaan halus dengan minim sudut tajam, serta menempatkan semua sistem persenjataan, bahan bakar, dan mesin di dalam struktur pesawat. Afterburner (pembakar tambahan) pada generasi awal dihilangkan demi mengurangi jejak panas, meskipun ini membatasi kecepatan.
Namun, jet-jet generasi terbaru kini mampu menggabungkan kecepatan tinggi dengan efisiensi stealth, berkat kemajuan desain dan teknologi mesin. Hasilnya adalah jet-jet tempur yang cepat, senyap, dan tetap sulit dideteksi—mewakili masa depan dominasi udara modern. (RH)
