Kalteng Genjot Pelestarian Budaya dan Pariwisata Lewat Festival Isen Mulang 2025

LOKAL SOSIAL BUDAYA

**PRADANAMEDIA/ PALANGKA RAYA – Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) menegaskan komitmennya untuk memfokuskan program kerja pada upaya pelestarian budaya serta pengembangan sektor pariwisata. Hal ini sejalan dengan program 100 hari kerja Gubernur H. Agustiar Sabran dan Wakil Gubernur H. Edy Pratiwi dalam mewujudkan visi Kalteng Semakin Berkah.

Kepala Disbudpar Kalteng, Adiah Chandra Sari, mengungkapkan bahwa pelestarian budaya merupakan tanggung jawab utama instansinya, khususnya dalam mendukung visi Manggantang Utus, yaitu mengangkat martabat masyarakat Kalimantan Tengah melalui pemberdayaan kearifan lokal yang diterapkan dalam kebijakan dan program pemerintah daerah.

Salah satu langkah konkret yang akan dijalankan adalah penyelenggaraan Festival Budaya Isen Mulang (FBIM) 2025, yang akan menjadi agenda budaya terbesar di provinsi ini. Festival ini tidak hanya menjadi perayaan warisan budaya lokal, tetapi juga masuk dalam 100 Calendar of Events Nasional yang ditetapkan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI.

“FBIM adalah puncak dari pelestarian kearifan lokal dan budaya daerah. Selain memperkuat identitas Kalimantan Tengah, festival ini juga menjadi magnet bagi wisatawan lokal maupun mancanegara,” kata Adiah, Minggu (6/4).

Adiah menambahkan bahwa dampak dari penyelenggaraan FBIM sangat luas, khususnya terhadap pelaku industri pariwisata dan UMKM. Ia menyebutkan, berbagai sektor akan terdongkrak mulai dari hotel, jasa penerbangan, agen perjalanan, penyedia makanan-minuman, hingga pengrajin suvenir dan penyedia jasa transportasi darat.

Tak hanya berfokus pada festival, Disbudpar juga merancang strategi jangka panjang untuk lima tahun ke depan guna menjaga kesinambungan visi pembangunan budaya daerah. Fokus utama mencakup peningkatan kualitas museum, dukungan terhadap komunitas seni dan budaya, serta pengkajian mendalam terhadap sejarah dan tradisi Kalimantan Tengah.

“Kami ingin budaya lokal tidak hanya lestari, tetapi juga menjadi nilai tambah yang mampu menarik minat wisatawan dan memperkuat jati diri daerah,” tegas Adiah.

Langkah ini diharapkan dapat memperkuat posisi Kalimantan Tengah sebagai destinasi wisata budaya unggulan di Indonesia, sekaligus mendorong tumbuhnya ekonomi kreatif berbasis kearifan lokal. (RH)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *