**PRADANAMEDIA/ NUSANTARA — Proyek pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) kembali menarik perhatian publik. Salah satu proyek strategis yang menjadi sorotan adalah Istana Wakil Presiden (Wapres), yang kelak menjadi kantor Gibran Rakabuming Raka sebagai Wapres RI. Saat ini, progres pembangunan istana tersebut telah mencapai 43 persen, dengan penyelesaian struktur utama dan mulai masuk tahap arsitektural.
Salah satu fitur unggulan dalam pembangunan ini adalah pemasangan kaca antipeluru, yang telah mencapai 22 persen. Fitur ini dirancang untuk memberikan tingkat perlindungan tinggi terhadap berbagai ancaman fisik, sekaligus menegaskan status istana sebagai objek vital nasional.

Menurut Kepala Otorita IKN, Basuki Hadimuljono, proyek tahap pertama mencakup berbagai fasilitas utama, seperti kantor wapres, kediaman resmi, kantor sekretariat, pendopo, masjid, serta fasilitas pendukung lainnya seperti mes Paspampres, area parkir, pos jaga, hingga helipad.
“Proyek ini ditargetkan rampung pada Desember 2025,” ujar Basuki saat memberikan keterangannya
Penggunaan kaca antipeluru berteknologi tinggi tidak hanya difungsikan untuk pengamanan. Kaca tersebut juga dirancang untuk efisiensi energi dan tampilan estetis, sejalan dengan visi IKN sebagai smart forest city yang mengusung keberlanjutan lingkungan.
Selain di Istana Wapres, fitur kaca pelindung serupa juga diterapkan di Istana Negara, sebagai bagian dari strategi keamanan dan modernisasi infrastruktur pemerintahan di ibu kota baru.
Mengusung Filosofi Dayak: “Huma Betang Umai” sebagai Identitas Arsitektur
Dengan total anggaran Rp 1,45 triliun dan berdiri di atas lahan seluas 14,8 hektar, Istana Wapres dirancang dengan pendekatan arsitektur yang merepresentasikan nilai budaya lokal. Konsep utama yang diusung adalah “Huma Betang Umai”, atau Rumah Panjang Ibu, yang berasal dari tradisi masyarakat Dayak.
Filosofi ini menggambarkan peran ibu sebagai pengayom dan pelindung, selaras dengan makna simbolik “Ibu Kota” dan “Ibu Pertiwi”. Nilai-nilai ini kemudian diterjemahkan dalam desain yang memadukan unsur tropis kontemporer, penggunaan material alami, serta teknologi ramah lingkungan.
Atap bangunan dilengkapi panel surya, dinding dihiasi karya seni ukir dari Jawa dan Bali, serta anyaman pisang, marmer, dan granit, senada dengan konsep arsitektur Istana Negara. Lanskap hijau yang mengelilingi kompleks turut memperkuat ambisi IKN sebagai kawasan carbon negative pertama di Indonesia.
Dengan perpaduan antara teknologi mutakhir dan nilai-nilai lokal, Istana Wapres di IKN tak hanya berfungsi sebagai pusat pemerintahan, tetapi juga sebagai simbol keberagaman budaya dan komitmen terhadap keberlanjutan nasional. (RH)
