**PRADANAMEDIA/ PALANGKA RAYA – Dalam momentum bersejarah Hari Jadi ke-68 Provinsi Kalimantan Tengah yang diperingati pada Jumat (23/5), Gubernur Kalteng Agustiar Sabran menerima gelar adat kehormatan Tamanggung Antang Pasihai, Penyang Lewu Mandereh Danum.
Gelar adat tersebut memiliki makna mendalam: seorang pemimpin yang arif, berani, dan pantang mundur dalam menjaga serta melindungi masyarakat dan tanah leluhur. Ini adalah bentuk pengakuan adat terhadap kepemimpinan Agustiar Sabran yang dinilai selaras dengan nilai-nilai luhur masyarakat Dayak.

Gelar ini diberikan bertepatan dengan dua momentum penting: peringatan Hari Jadi Kalimantan Tengah ke-68 dan 100 hari kerja pasangan kepemimpinan Gubernur Agustiar Sabran dan Wakil Gubernur Edy Pratowo.
Dalam pidato upacara peringatan yang berlangsung khidmat, Agustiar menegaskan komitmennya untuk membangun Kalimantan Tengah yang lebih merata dan berkeadilan, bahkan hingga ke wilayah pelosok yang selama ini kerap terpinggirkan dari pembangunan utama.
“Akhir Mei ini menandai 100 hari kerja kami. Sebagian besar dari delapan program prioritas telah berjalan,” ungkapnya.
Agustiar secara tegas menyuarakan keinginannya untuk menghapus kesenjangan layanan dasar di wilayahnya.
“Saya tidak ingin ada warga Kalteng yang tidak bisa kuliah, tidak bisa berobat, atau bahkan kelaparan,” tegasnya.
Sebagai wujud nyata dari komitmen tersebut, ia memperkenalkan Program Kartu Huma Betang Sejahtera—sebuah inisiatif terpadu untuk masyarakat kurang mampu dan mereka yang tinggal di wilayah terpencil. Program ini mencakup berbagai sektor layanan dasar seperti:
- Pendidikan
- Kesehatan
- Bantuan pangan
- Pemberdayaan ekonomi
- Kesejahteraan sosial
Program Huma Betang direncanakan mulai berjalan efektif pada tahun 2026, namun berbagai persiapan kini telah dimulai guna memastikan pelaksanaannya berjalan optimal.
“Saat ini kami sedang melakukan persiapan matang, agar program ini benar-benar menjawab kebutuhan masyarakat,” jelas Agustiar.
Penerimaan gelar adat ini bukan sekadar seremoni, tetapi juga simbol kepercayaan masyarakat adat terhadap pemimpin mereka. Di tengah semangat peringatan hari jadi ke-68 Kalimantan Tengah, momen ini menjadi pengingat bahwa kepemimpinan bukan hanya soal jabatan formal, tetapi tentang pengabdian tulus kepada tanah dan rakyat.
“Penyang Lewu Mandereh Danum” bukan sekadar gelar, tapi juga amanah untuk menjaga kehidupan dan martabat masyarakat Kalimantan Tengah. (RH)
