Jakarta – Kecurigaan terhadap keterlibatan oknum TNI Angkatan Laut (AL) dalam kasus penggelapan mobil rental yang berujung pada penembakan pemiliknya, Ilyas Abdurrahman, terus mencuat ke permukaan. Transaksi jual beli mobil yang diklaim oleh Sertu AA, seorang anggota TNI AL, diduga merupakan bagian dari jaringan penggelapan kendaraan yang lebih besar.
Insiden ini bermula ketika Ilyas bersama anaknya, Rizki Agam, menyergap Sertu AA di wilayah Saketi untuk meminta bukti keabsahan transaksi mobil mereka. Bukannya memberikan klarifikasi, Sertu AA justru mengancam dengan senjata api dan melarikan diri. “Kalau dia memang membeli secara sah, mengapa dia kabur? Seharusnya dia melapor ke polsek terdekat, bukan melarikan diri,” kata Rizki Agam.
Tindakan mencurigakan dari Sertu AA memperkuat dugaan bahwa ia terlibat dalam konspirasi bersama sindikat penggelapan mobil. Rizki Agam juga mempertanyakan asal-usul mobil tersebut yang tidak dapat dijelaskan secara jelas oleh Sertu AA. Tanpa adanya bukti transaksi yang sah, pengakuan Sertu AA bahwa ia mendapatkan mobil tersebut dari seorang penyewa bernama AS menambah kecurigaan publik.
Keluarga korban dan masyarakat luas menyoroti sikap institusi TNI AL yang dianggap kurang tegas dalam menangani kasus ini. Banyak yang menilai bahwa ada upaya untuk melindungi anggota yang diduga melakukan tindak pidana berat, daripada memberikan sanksi tegas.
Kasus ini telah memicu perhatian luas dari publik dan netizen, yang menuntut penyelidikan mendalam dan transparan untuk mengungkap siapa saja yang terlibat dalam jaringan kejahatan ini. Mereka berharap aparat penegak hukum tidak pandang bulu dalam menindak oknum yang terlibat, termasuk jika itu berasal dari institusi militer.
Hingga kini, pihak berwenang terus melakukan penyelidikan. Publik berharap agar kasus ini menjadi momentum untuk menunjukkan komitmen pemerintah dalam menegakkan hukum, termasuk di lingkungan militer. Apakah keadilan akan ditegakkan? Semua mata tertuju pada langkah-langkah selanjutnya dari aparat penegak hukum. (KN)
