Cegah Monkeypox Dengan Edukasi Lengkap Dan Tepat

KESEHATAN NASIONAL

Jakarta – WHO telah mengumumkan cacar monyet (monkeypox/Mpox) sebagai darurat kesehatan yang menjadi perhatian internasional pada pertengahan Agustus lalu. Meskipun demikian, Mpox tidak diperkirakan akan menjadi pandemi seperti COVID-19.

“Mpox berpotensi menyebar secara terbatas di Indonesia, terutama di kalangan kelompok berisiko tinggi. Oleh karena itu, kewaspadaan dan pencegahan harus tetap dilakukan,” ungkap dr. Syahrizal Syarif MPH PhD, epidemiolog dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, seperti dilaporkan oleh ANTARA. Ia menekankan bahwa meskipun wabah Mpox tidak akan menyebar secara luas seperti COVID-19, edukasi kepada kelompok berisiko tinggi tetap penting. “Mpox tidak menular dengan mudah kepada masyarakat umum. Namun, individu yang mengalami gejala mirip Mpox harus segera memeriksakan diri, karena gejalanya sering kali mirip dengan herpes atau cacar air,” tambahnya.

Mpox dapat menular melalui kontak erat dengan penderita. Ia mencatat bahwa mayoritas kasus, yakni 86 persen, terjadi pada laki-laki yang berhubungan seksual dengan sesama jenis, dan sekitar 6 persen pada kelompok transgender dan biseksual.

Walaupun Mpox bukan penyakit menular seksual, risiko penularan lebih tinggi dalam kelompok yang berisiko melalui kontak fisik langsung. Namun, risiko penularan di masyarakat umum tergolong rendah.

Diagnosis Mpox dilakukan dengan tes polymerase chain reaction (PCR). Sebagian besar kasus hanya memerlukan isolasi mandiri selama 2-4 minggu. Pengobatan bersifat simptomatik, menggunakan paracetamol untuk meredakan demam dan bedak untuk mengatasi gatal.

“Deteksi dini, akses mudah ke tes PCR, isolasi yang tepat, dan pengobatan yang efektif menjadi prioritas utama dalam mengendalikan penyebaran Mpox,” tutup Syahrizal. (KN)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *