**PRADANAMEDIA/ JAKARTA – Wakil Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Wamendukbangga)/Wakil Kepala BKKBN, Ratu Isyana Bagoes Oka, secara resmi menutup kegiatan Program Pertukaran Teknis Pakistan-Indonesia di bawah skema South-South and Triangular Cooperation (SSTC) pada Jumat (25/4) di Ruang NKKBS Gedung Kemendukbangga/BKKBN, Jakarta.
Dalam kegiatan yang berlangsung selama lima hari, mulai Senin hingga Jumat (21–25/4), delegasi Pakistan mendalami berbagai praktik dan strategi keberhasilan Indonesia dalam menekan laju pertumbuhan penduduk melalui program Keluarga Berencana (KB).

Belajar dari Pengalaman Panjang Indonesia
Wamen Isyana menegaskan bahwa keberhasilan Indonesia dalam mengendalikan jumlah penduduk bukanlah capaian instan. “Program KB telah kita canangkan sejak 1970-an, saat angka Total Fertility Rate (TFR) Indonesia masih berada di level 5,6,” jelasnya dalam siaran pers BKKBN.
Saat ini, Indonesia berupaya mempertahankan TFR di angka 2,1, ideal untuk mencapai pertumbuhan penduduk yang seimbang. Melalui kemitraan SSTC, Isyana berharap kolaborasi berbagi praktik baik ini memperkuat solidaritas antarnegara berkembang demi masa depan generasi mendatang.
Pengalaman Lapangan yang Membuka Wawasan
Dr. Soofia Yunus, Director General (Population) dari Kementerian Layanan Kesehatan Nasional, Regulasi, dan Koordinasi (NHSR&C) Pakistan, mengungkapkan kekagumannya atas pendekatan Indonesia yang melibatkan pemuka agama dalam menyukseskan program KB, sebuah langkah yang dinilainya relevan bagi masyarakat Pakistan yang mayoritas beragama Islam.
“Kami merasa para pemimpin agama juga memiliki pengaruh besar di negara kami. Melihat pendekatan Indonesia memberi kami ide untuk mengadopsi strategi serupa,” ujar Soofia.
Selama kunjungan, para delegasi juga mengeksplorasi integrasi layanan KB di Puskesmas dan Posyandu, menilai secara langsung bagaimana layanan tersebut dapat diterapkan di tingkat komunitas.
Kolaborasi Menuju Target Pembangunan Berkelanjutan
Verania Andria, Assistant Representative UNFPA Indonesia, turut mengapresiasi kegiatan ini. Ia menekankan pentingnya tindak lanjut nyata demi pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) di bidang kesehatan, pendidikan, dan kesetaraan gender.
Dalam lima hari kunjungan, delegasi Pakistan meninjau pengelolaan logistik KB di Bandung, termasuk penggunaan sistem digital seperti SIRIKA dan SIGA untuk meningkatkan efisiensi rantai pasok, akurasi data, serta mengurangi beban operasional.
Bahas Tata Kelola Pembiayaan dan Pendekatan Berbasis Komunitas
Selain teknis lapangan, topik strategis lain yang menjadi perhatian adalah pembiayaan program KB dalam konteks desentralisasi pemerintahan di Indonesia. Delegasi mempelajari kebijakan, regulasi, dan mekanisme pendanaan berkelanjutan di tingkat pusat dan daerah.
Program Keluarga Berencana Pasca Persalinan Indonesia juga menjadi sorotan. Atas kemajuan di bidang ini, Indonesia menerima penghargaan dari Regional Hub Asia-Pasifik FP2030 pada Oktober 2024.
Kunjungan ke Kampung KB menunjukkan kepada delegasi berbagai inisiatif komunitas terintegrasi, seperti Posyandu, Program Bina Keluarga Balita, UPPKA (unit pengembangan ekonomi untuk akseptor KB), Dapur Sehat Atasi Stunting, serta keterlibatan laki-laki dalam advokasi KB. Mereka juga berdialog langsung dengan pemuka agama, petugas lapangan KB, Tim Pendamping Keluarga, dan kader masyarakat.
Kegiatan ini membuktikan bahwa pengalaman dan inovasi Indonesia dalam pengendalian penduduk menjadi sumber inspirasi penting bagi negara-negara sahabat. (RH)
