**PRADANAMEDIA / BEIJING — Ketua Umum PDI Perjuangan sekaligus Presiden Kelima Republik Indonesia, Megawati Soekarnoputri, kembali mengangkat pidato legendaris Presiden Soekarno di Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tahun 1960. Hal itu ia sampaikan dalam forum bergengsi Global Civilizations Dialogue yang digelar di Wisma Tamu Negara Diaoyutai, Beijing, Tiongkok, Kamis (10/7).
Dalam forum internasional tersebut, Megawati menegaskan bahwa pidato berjudul “To Build the World Anew” yang disampaikan Sang Proklamator bukan sekadar warisan sejarah, tetapi menjadi rujukan moral dalam merumuskan ulang tatanan dunia yang lebih adil dan manusiawi. UNESCO pun telah menetapkan pidato ini sebagai bagian dari Memory of the World, menegaskan signifikansinya dalam sejarah global.

“Izinkan saya mengangkat kembali pidato yang telah menjadi mercusuar bagi generasi bangsa kami dan kini diakui secara global sebagai bagian dari Memory of the World oleh UNESCO,” ujar Megawati dalam pernyataannya, dikutip dari siaran pers resmi.
Dalam pidatonya di PBB lebih dari enam dekade lalu, Bung Karno dengan tegas mengkritik sistem dunia lama yang dibangun di atas fondasi kapitalisme eksploitatif, kolonialisme, dan imperialisme. Ia menyerukan pembentukan tatanan dunia baru—bukan berdasarkan dominasi kekuatan militer, melainkan dilandasi nilai-nilai luhur kemanusiaan dan peradaban.
“Presiden Soekarno menyampaikan dengan lantang bahwa dunia lama yang dibangun atas dasar eksploitasi dan penjajahan harus digantikan dengan dunia baru yang berkeadilan,” jelas Megawati.
Lebih lanjut, Megawati menekankan bahwa dunia baru yang dimaksud Bung Karno bukanlah dominasi oleh kekuatan atau senjata, tetapi ruang peradaban yang menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dan solidaritas global.
“Dunia baru itu bukan ditentukan oleh siapa yang menang perang atau siapa yang paling kuat, melainkan siapa yang paling beradab,” tegasnya.
Sebagai kontribusi Indonesia terhadap visi tersebut, Bung Karno dalam forum PBB turut menawarkan falsafah Pancasila sebagai dasar etik global. Pancasila, menurut Megawati, bukan semata-mata doktrin nasional, melainkan filosofi universal yang relevan dalam membangun peradaban dunia yang lebih inklusif dan berkeadilan.
Dalam kesempatan itu, Megawati juga menguraikan lima sila Pancasila sebagai fondasi moral global:
- Ketuhanan Yang Maha Esa, sebagai prinsip spiritual universal umat manusia.
- Kemanusiaan yang adil dan beradab, yang menolak diskriminasi, penjajahan, dan kekerasan.
- Persatuan Indonesia, sebagai semangat persaudaraan dunia yang menolak politik pecah-belah.
- Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, yang menekankan partisipasi, bukan dominasi.
- Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, sebagai cita-cita kesejahteraan bersama umat manusia.
Megawati mengingatkan bahwa perubahan mendasar dalam tatanan dunia tidak bisa dilakukan dengan tambal sulam semata.
“Presiden Soekarno percaya, jika kita ingin menyelamatkan dunia dari kehancuran, maka kita harus membangunnya ulang dari fondasi yang benar, bukan sekadar memperbaiki permukaannya,” pungkasnya.
Pidato Bung Karno tahun 1960 ini, yang kembali digaungkan oleh Megawati di panggung internasional, menjadi pengingat kuat bahwa visi dunia yang adil dan berkeadaban tetap relevan di tengah dinamika global saat ini. (RH)
