“Doa yang Ditangkap”: Pendeta William Barber Dipenjara Usai Protes Pemotongan Anggaran Trump

HUKAM INTERNASIONAL

**PRADANAMEDIA/ WASHINGTON DC — Aksi damai yang dipimpin oleh Pendeta William Barber II, tokoh pejuang keadilan sosial asal North Carolina, berujung pada penangkapan. Barber ditahan oleh Polisi Capitol Amerika Serikat pada Senin (28/4) saat memimpin doa bersama di dalam Rotunda Gedung Capitol sebagai bentuk protes terhadap kebijakan pemotongan anggaran sosial pemerintahan Presiden Donald Trump.

Pendeta Barber dikenal luas sebagai motor penggerak gerakan Moral Monday, yang memperjuangkan hak-hak rakyat kecil melalui pendekatan moral dan lintas agama. Dalam aksinya kali ini, ia bersama sekelompok aktivis dari organisasi Repairers of the Breach menggelar doa bersama sebagai simbol penolakan terhadap kebijakan anggaran yang dinilai “tidak bermoral.”

“Kami datang untuk berdoa. Berdoa menentang pemotongan anggaran, tetapi ternyata, berdoa kini dianggap pelanggaran,” ujar Barber usai diamankan pihak berwenang.

Doa Jadi ‘Gangguan Ketertiban Umum’?

Menurut keterangan resmi dari Kepolisian Capitol, Barber dan dua aktivis lainnya ditahan karena melanggar aturan larangan demonstrasi di dalam kompleks Kongres. Mereka dituduh mengganggu ketertiban karena berdoa dengan suara lantang, meski telah diberi peringatan sebelumnya.

Peraturan Gedung Capitol memang secara tegas melarang segala bentuk aksi, termasuk doa kelompok, nyanyian, maupun aksi duduk sebagai bagian dari demonstrasi.

Namun, penangkapan ini memicu kritik luas, terutama dari para pendukung Barber yang menyebut tindakan tersebut sebagai bentuk pembungkaman terhadap suara-suara moral yang menentang ketidakadilan.

Aksi Lintas Iman Melawan Kebijakan “Tidak Bermoral”

Melalui pernyataan resmi, Repairers of the Breach menegaskan bahwa aksi ini merupakan bagian dari gerakan lintas iman untuk menyampaikan pesan moral kepada pemerintah dan masyarakat. Barber sendiri menolak diam atas berbagai rencana pemotongan dana sosial, termasuk program Medicaid, bantuan sosial, dan makan siang gratis untuk anak-anak dari keluarga miskin.

Dalam unjuk rasa bertajuk “Hands Off” yang digelar awal April lalu, Barber dengan tegas mengatakan:

“Ketika rencana anggaran mereka yang bodoh bisa membuat 36 juta orang kehilangan akses kesehatan dan jutaan anak-anak kehilangan makan siang, maka kita harus berdoa, ‘Tuhan, beri kami keberanian untuk melawan!’”

Konteks Politik yang Mengkhawatirkan

Penangkapan Barber terjadi hanya beberapa hari setelah pemerintahan Trump mengumumkan pembentukan gugus tugas khusus di Departemen Kehakiman untuk menyelidiki dugaan diskriminasi terhadap umat Kristen. Langkah ini dianggap sebagian pihak sebagai pengalihan isu dari pemangkasan besar-besaran anggaran sosial yang menuai protes publik di berbagai kota besar di AS.

Sebagaimana dilaporkan sebelumnya, ribuan warga telah turun ke jalan menolak kebijakan-kebijakan Trump yang dinilai tidak berpihak pada masyarakat rentan. (RH)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *