**GLOBAL/ WASHINGTON DC — Dalam seratus hari pertama masa jabatannya sebagai Presiden ke-47 Amerika Serikat (AS), Donald Trump kembali menunjukkan gaya kepemimpinan agresif dan penuh kejutan. Sejumlah keputusan besar yang diambil Trump tidak hanya mengguncang kebijakan dalam negeri, tetapi juga memicu kegelisahan global serta gejolak di pasar keuangan dunia.

Berikut rangkuman langkah kontroversial Trump sepanjang awal masa kepemimpinannya:
1. Hari Pelantikan Penuh Dekrit
Pada hari pelantikannya, Senin (20/4/2025), Trump langsung menandatangani 26 dekrit eksekutif—rekor baru dalam sejarah AS. Beberapa langkah dramatis di antaranya adalah menarik AS keluar dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan memberikan pengampunan kepada para perusuh yang menyerbu Gedung Capitol pada 2021.
2. Usulan Kontroversial Soal Gaza
Dalam pertemuan dengan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, Selasa (4/2/2025), Trump mengusulkan agar AS mengambil alih Jalur Gaza. Ia menyebut kawasan tersebut bisa diubah menjadi “Riviera Timur Tengah” melalui revitalisasi, seraya mengusulkan relokasi warga Palestina. Usulan ini memicu kecaman luas dari komunitas internasional.
3. Konferensi Pers Unik Bersama Elon Musk dan Putranya
Pada Rabu (12/4/2025), Trump tampil bersama Elon Musk—yang kini memimpin Departemen Efisiensi Pemerintah (DOGE)—dan putranya, X Æ A-Xii. Musk membela diri dari tuduhan kurangnya transparansi serta potensi konflik kepentingan, di tengah sorotan publik yang makin tajam.
4. Mencairkan Hubungan dengan Rusia
Masih di hari yang sama, Trump melakukan pembicaraan telepon 90 menit dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, menandai berakhirnya isolasi diplomatik terhadap Moskwa. Keduanya segera merencanakan pertemuan-pertemuan eksklusif yang mengesampingkan negara-negara Eropa, mengundang kritik atas arah baru kebijakan luar negeri AS.
5. Teguran Pedas ke Eropa dari JD Vance
Wakil Presiden AS JD Vance mengejutkan para pemimpin Eropa dalam Konferensi Keamanan Munich. Ia menuding Eropa membatasi kebebasan berbicara, berkontribusi minim dalam keamanan bersama, dan gagal menangani isu imigrasi. Teguran ini menandai renggangnya hubungan trans-Atlantik yang sebelumnya erat.
6. Perselisihan Terbuka dengan Presiden Ukraina
Pada Jumat (28/2/2025), Trump dan Vance secara terbuka mengecam Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, menuduhnya tidak cukup berterima kasih atas bantuan militer AS. Trump bahkan mendesak Ukraina menerima proposal damai yang mencakup penyerahan Crimea ke Rusia—sebuah langkah yang menuai kecaman luas dari sekutu AS.
7. Sanksi Berat untuk Universitas Terkemuka
Trump memotong pendanaan Universitas Columbia sebesar 400 juta dollar AS (sekitar Rp 7 triliun) dengan tuduhan membiarkan anti-Semitisme berkembang di kampus. Tak lama setelah itu, Universitas Harvard juga menerima sanksi berat: pembekuan dana sebesar 2,2 miliar dollar AS (sekitar Rp 37 triliun) serta ancaman pencabutan status nirlaba.
8. Deportasi Massal ke El Salvador
Menggunakan undang-undang era perang, Trump mendeportasi lebih dari 200 tersangka anggota geng ke El Salvador, meski Mahkamah Agung mempertanyakan keabsahan langkah tersebut. Gugatan hukum pun bermunculan, menuduh pemerintah mengabaikan putusan pengadilan.
9. Ambisi Lama Kembali: Klaim Greenland
Pada 26 Maret 2025, Trump kembali menyatakan keinginannya agar AS menguasai Greenland, menyebutnya vital untuk keamanan global. Namun, pemerintah dan warga Greenland menolak keras, bahkan delegasi AS diabaikan dalam kunjungan resmi pada 28 Maret 2025.
10. Perang Tarif Impor Membara
Awal April, Trump mengumumkan tarif tinggi untuk berbagai negara, menuding mereka “memeras” Amerika. Walau pemberlakuannya ditangguhkan selama 90 hari pada Rabu (9/4/2025), tarif terhadap produk China tetap dijadwalkan meningkat hingga 245 persen, memperburuk ketegangan perdagangan global. (RH)
