Trump Kembali Ancam Naikkan Tarif Impor: “Negosiasi Harus dengan Iktikad Baik”

EKONOMI INTERNASIONAL

**PRADANAMEDIA/ WASHINGTON DC – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengisyaratkan akan kembali menaikkan tarif impor terhadap negara-negara mitra dagang yang dinilai tidak menunjukkan iktikad baik dalam proses negosiasi perdagangan. Hal tersebut disampaikan Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, dalam serangkaian wawancara pada Minggu (18/5).

Meski tidak memberikan definisi rinci mengenai apa yang dimaksud dengan “iktikad baik”, Bessent menegaskan bahwa negara-negara yang dianggap tidak kooperatif akan menerima pemberitahuan resmi tentang pemberlakuan tarif baru. “Jika mereka tidak menunjukkan iktikad baik, maka mereka akan menerima surat yang menyatakan, ‘Inilah tarifnya.’ Jadi saya berharap semua negara akan datang dan bernegosiasi dengan itikad baik,” ujar Bessent.

Sebelumnya, pada 2 April 2025, pemerintahan Trump telah mengumumkan tarif tinggi atas berbagai produk impor yang masuk ke AS. Namun, kebijakan tersebut ditangguhkan selama 90 hari, guna memberi waktu kepada negara-negara terdampak untuk berunding dengan Washington. Jika negosiasi selama masa penangguhan itu tidak membuahkan hasil yang memuaskan pihak AS, maka tarif impor akan diberlakukan kembali pada tingkat semula.

Langkah Trump ini memicu kekhawatiran di kalangan pelaku bisnis dan analis internasional. Banyak yang menilai bahwa kebijakan tarif yang fluktuatif ini merupakan bagian dari strategi “ketidakpastian yang disengaja” untuk menekan negara lain menerima kesepakatan perdagangan yang lebih menguntungkan bagi AS.

Namun, strategi tersebut bukannya tanpa dampak domestik. Sejumlah perusahaan AS, mulai dari pelaku usaha kecil hingga korporasi besar seperti Walmart, mulai merasakan tekanan. Rantai pasok terganggu, biaya produksi melonjak, dan harga barang pun terpaksa dinaikkan. Walmart, salah satu pengecer terbesar di dunia, bahkan mengumumkan rencana untuk menyesuaikan harga pada akhir Mei akibat kenaikan biaya impor yang tidak dapat dihindari.

Tarik Ulur Perang Dagang Belum Usai

Meskipun ketegangan dagang antara AS dan China sempat mereda usai dicapainya kesepakatan tarif baru, ancaman Trump ini menunjukkan bahwa perang dagang belum benar-benar berakhir. Pendekatan negosiasi yang keras masih menjadi ciri khas kebijakan perdagangan luar negeri pemerintahan Trump.

Analis memperingatkan bahwa jika eskalasi ini terus berlanjut, risiko terhadap stabilitas perdagangan global akan semakin besar. Ketidakpastian seperti ini bukan hanya merugikan negara mitra, tapi juga menimbulkan beban berat bagi pelaku usaha dan konsumen di AS sendiri. (RH)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *