Tragis! Lima Rumah Dinas Guru di Palangka Raya Hangus Terbakar, Warga Butuh Bantuan

LOKAL PENDIDIKAN

PALANGKA RAYA – Kebakaran hebat melanda kompleks perumahan dinas guru pada Kamis (6/2) malam, menyebabkan lima unit rumah terbakar. Tiga di antaranya dihuni oleh 10 orang, sementara dua lainnya dalam keadaan kosong.

Salah satu korban, Maili, menceritakan bahwa peristiwa itu terjadi saat penghuni rumah sudah tertidur lelap. “Waktu menunjukkan sekitar pukul 23.30 WIB, kami semua sudah tidur. Tiba-tiba terdengar teriakan ‘kebakaran!’. Saat bangun dan melihat ke belakang, api sudah membesar. Kami langsung bergegas keluar untuk menyelamatkan diri,” ujarnya.

Maili menambahkan bahwa tidak ada suara ledakan di awal kebakaran. Namun, beberapa saat kemudian terdengar beberapa ledakan yang diduga berasal dari tabung gas elpiji. Akibat kebakaran tersebut, hampir seluruh barang milik korban hangus terbakar. Warga hanya sempat menyelamatkan beberapa barang sebelum api semakin membesar dan melalap rumah mereka. “Hanya motor yang bisa diselamatkan, barang lainnya tidak ada. Alhamdulillah, kami semua selamat dan tidak mengalami luka,” tambahnya.

Saat ini, para korban sangat membutuhkan bantuan, terutama tempat tinggal. Mereka sementara waktu mengungsi di teras rumah tetangga karena tidak memiliki tempat lain. Warga sekitar turut bergotong royong membantu para korban, namun mereka berharap adanya perhatian dari pemerintah dan organisasi sosial agar mendapatkan tempat tinggal yang layak.

“Semoga ada bantuan dari pemerintah maupun lembaga sosial. Kami benar-benar membutuhkan tempat tinggal yang aman,” harap Maili.

Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Kota Palangka Raya, Jayani, membenarkan bahwa rumah yang terbakar merupakan rumah dinas guru. Ia menegaskan bahwa rumah tersebut merupakan aset Pemerintah Provinsi, bukan milik Pemerintah Kota Palangka Raya. “Kami sudah berkoordinasi. Memang yang terbakar itu rumah dinas guru, tetapi asetnya milik Pemerintah Provinsi,” jelasnya.

Pantauan di lokasi kejadian menunjukkan para korban hanya bisa menatap puing-puing rumah mereka yang telah rata dengan tanah. Dengan wajah sedih, mereka duduk termenung di bawah pohon, mengenang rumah yang kini tinggal kenangan. (RH)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *