“Tingalan Dalem Jumenengan PB XIII ke-21: Sakralnya Tradisi Keraton Surakarta”

LOKAL SOSIAL BUDAYA

PRADANAMEDIA – Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat menggelar prosesi sakral Tinggalan Dalem Jumenengan PB XIII ke-21 pada Sabtu (26/1). Acara ini berlangsung khidmat dengan sejumlah masyarakat mendapatkan gelar bangsawan dari PB XIII sebagai bagian dari tradisi Keraton.

Prosesi ini turut dimeriahkan oleh tarian sakral Bedhaya Ketawang, yang hanya dipentaskan setahun sekali pada momen Tingalan Jumenengan. Tarian yang dilakukan oleh sembilan penari perempuan ini berlangsung selama 30 menit dan telah diakui sebagai Warisan Budaya Tak Benda Nasional.

Ribuan tamu hadir mengenakan busana adat Jawa, termasuk tamu kehormatan dari Kementerian Kebudayaan, Restu Gunawan. Menurut KGPH Dipokusumo, Pengageng Parentah Keraton Solo, acara Jumenengan menjadi simbol pelestarian adat Jawa yang diwariskan turun-temurun di Keraton Surakarta.

“Acara ini memperkuat identitas budaya melalui keluarnya gamelan, sandangan, dan tarian Bedhaya Ketawang yang telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda,” ungkapnya.

Kirab Agung Budaya dan Rekayasa Lalu Lintas
Puncak acara akan dilanjutkan pada Minggu (26/1) dengan Kirab Agung Budaya yang dimulai pukul 09.00 WIB. Kirab ini juga diwarnai tradisi udik-udik, yakni pembagian simbolis berkah dari PB XIII kepada masyarakat sebagai tanda syukur.

Dinas Perhubungan (Dishub) Solo bersama Satlantas Polresta Solo mendukung kelancaran acara ini dengan menerapkan rekayasa lalu lintas. Rute kirab mengikuti jalur yang sama seperti Kirab Suro, dimulai dari Keraton Solo, melewati Jalan Supit Urang, Jl Pakoe Boewono (Gapura Gladhag), dan sejumlah jalan protokol lainnya, sebelum kembali ke Keraton.

Kepala Bidang Lalu Lintas Dishub Solo, Ari Wibowo, menjelaskan bahwa jalan-jalan yang dilalui kirab akan ditutup sementara saat peserta kirab mendekat. Setelah peserta terakhir melewati area, jalan akan dibuka kembali.

Tradisi ini menjadi pengingat akan pentingnya pelestarian warisan budaya dan identitas bangsa, sekaligus memperkuat peran Keraton Surakarta dalam menjaga tradisi leluhur. (RH)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *