**PRADANAMEDIA/ JAKARTA – Anggota DPR RI sekaligus musisi Ahmad Dhani mengaku telah melakukan kesalahan ucap atau slip of the tongue saat menyebut nama penyanyi Rayen Pono dengan plesetan yang tidak pantas. Pernyataan ini disampaikan Dhani saat menjalani pemeriksaan oleh Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) DPR RI di Gedung Parlemen, Jakarta, Rabu (7/5).
“Itu murni 100 persen slip of the tongue. Yang bersangkutan (Rayen) juga sudah melaporkan saya ke kepolisian. Saya siap menjalani proses hukum jika memang harus demikian,” ujar Dhani di hadapan sidang MKD.

Dalam kesempatan yang sama, Dhani menegaskan bahwa tidak ada niat untuk menghina atau merendahkan nama Rayen. Ia juga mengklaim bahwa telah meminta maaf secara langsung saat insiden terjadi.
“Semua wartawan yang hadir saat itu juga tahu bahwa saya langsung minta maaf, dan menurut saya, tidak ada unsur kesengajaan sama sekali,” kata pendiri grup musik Dewa 19 itu.
Polemik ini bermula saat Dhani, dalam kapasitasnya sebagai Ketua Asosiasi Komposer Seluruh Indonesia (AKSI), mengirimkan undangan terbuka kepada sejumlah musisi untuk berdiskusi mengenai persoalan royalti musik. Dalam surat undangan tersebut, nama Rayen Pono tertulis menjadi “Rayen Porno”, sebuah kesalahan yang kemudian menjadi kontroversi.
Rayen sendiri mengaku telah memaafkan Dhani secara pribadi. Namun, keluarganya, terutama yang berasal dari Ambon dan Nusa Tenggara Timur, merasa sangat tersinggung atas penyebutan nama tersebut, mengingat “Pono” adalah nama marga yang sangat dihormati di budaya Timur.
“Keluarga saya sudah telanjur marah. Saya tidak bisa menahan reaksi mereka. Marga itu bukan sekadar nama, tapi menyangkut kehormatan, tradisi, dan leluhur kami,” ungkap Rayen saat diwawancarai pada 12 April 2025.
Meski secara pribadi telah memaafkan, Rayen tetap memilih untuk melanjutkan proses hukum terhadap Dhani. Ia juga menilai bahwa insiden ini perlu menjadi pelajaran agar tokoh publik, terutama pejabat negara, lebih berhati-hati dalam berbicara.
“Ini harusnya jadi pelajaran buat Mas Dhani. Jangan asal nyebut atau nulis nama orang tanpa dipikir dulu. Apalagi ini menyangkut identitas keluarga,” tegas Rayen.
Rayen menduga bahwa plesetan tersebut muncul karena sikap kritisnya terhadap isu royalti yang sedang ramai diperbincangkan di media sosial. Ia berharap polemik ini membuka mata publik akan pentingnya sensitivitas budaya dan etika komunikasi, terutama bagi figur publik yang punya pengaruh besar di masyarakat. (RH)
