**PRADANAMEDIA/ JAKARTA — Kunjungan sejumlah menteri dalam Kabinet Presiden Terpilih Prabowo Subianto ke kediaman Presiden ke-7 RI, Joko Widodo (Jokowi), di Solo saat Idul Fitri 1446 Hijriah, menuai sorotan tajam dari kalangan politisi. Salah satunya datang dari Politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Mardani Ali Sera.
Mardani menyatakan bahwa silaturahmi di hari raya adalah hal yang wajar dalam budaya politik maupun sosial Indonesia. Namun, ia mengingatkan bahwa momen kebersamaan itu jangan sampai menimbulkan kesan adanya “matahari kembar” atau dualisme kepemimpinan dalam tubuh pemerintahan.
“Silaturahmi tentu baik, tapi jangan sampai menciptakan persepsi bahwa ada dua pemimpin yang menjadi pusat loyalitas. Pemerintahan hanya bisa efektif jika satu komando,” ujar Mardani saat dihubungi pada Jumat (11/4).

Lebih lanjut, Mardani meyakini bahwa Presiden Prabowo tidak akan merasa terganggu dengan kunjungan para menterinya ke Jokowi. Namun, ia menekankan pentingnya seluruh kabinet untuk menunjukkan kesetiaan politik dan administratif kepada pemimpin yang sah.
“Pak Prabowo sudah menunjukkan kapasitas dan komitmennya sebagai Presiden. Saya yakin beliau tidak tersinggung. Tapi pesan saya jelas: jangan sampai ada dua matahari. Satu saja sudah berat, apalagi dua,” tegasnya.
Sebelumnya, beberapa menteri dalam Kabinet Prabowo diketahui melakukan kunjungan khusus ke rumah Jokowi di Solo. Mereka di antaranya adalah Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Zulkifli Hasan, Menteri ESDM Bahlil Lahadalia, Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Wihaji, Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono, serta Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin.
Yang menarik, dalam pernyataan kepada media setelah pertemuan tersebut, dua menteri secara terbuka menyebut Jokowi masih sebagai “bos” mereka.
“Silaturahmi sama bekas bos saya. Sekarang masih bos saya,” ujar Trenggono.
Budi Gunadi Sadikin pun menyampaikan hal serupa, “Silaturahmi karena Pak Jokowi kan bosnya saya. Jadi saya mohon maaf lahir dan batin, dan minta doa agar beliau sehat selalu.”
Pernyataan ini sontak memantik diskusi publik soal garis loyalitas dalam pemerintahan baru yang akan dipimpin Prabowo Subianto. Di tengah dinamika transisi kekuasaan, peran Jokowi sebagai Presiden sebelumnya tetap memiliki pengaruh kuat, baik secara personal maupun politik.
Namun, Mardani mengingatkan, di tengah suasana Lebaran yang penuh kehangatan, penting untuk tetap menjaga etika politik dan tatanan kepemimpinan yang jelas dalam sistem presidensial Indonesia. (RH)
