**PRADANAMEDIA / TEHERAN – Sosok Sahar Emami, seorang presenter televisi senior Iran, mendadak menjadi ikon perlawanan baru di tengah memuncaknya konflik bersenjata antara Iran dan Israel. Keberaniannya terekam jelas dalam siaran langsung dramatis pada Senin (16/6), saat serangan udara Israel menghantam kantor penyiaran pemerintah di Teheran.
Dalam siaran yang menyita perhatian publik Iran dan dunia internasional, Emami tetap tampil tenang walau ledakan terdengar menggema di belakangnya. Dengan pandangan tajam ke arah kamera dan jari telunjuk yang terangkat, ia menyampaikan pesan penuh keberanian.

“Apa yang Anda lihat adalah bentuk agresi terang-terangan rezim Zionis terhadap Republik Islam Iran dan lembaga penyiaran kami,” ujarnya dengan lantang, hanya beberapa saat setelah suara dentuman terdengar menggetarkan studio.
“Itulah suara seorang penjajah yang menyerang tanah air, suara yang memusuhi kebenaran,” tambahnya, sebelum suaranya tertelan oleh ledakan susulan.
Emami sempat mengangkat jarinya kembali untuk melanjutkan pernyataannya, namun harus segera meninggalkan kursi siaran ketika studio diselimuti asap dan puing akibat guncangan. Siaran pun tiba-tiba terputus. Momen tersebut menjadi viral dan menjadi simbol keteguhan di tengah serangan brutal.
Simbol Keteguhan di Tengah Kekacauan
Sahar Emami telah berkiprah lebih dari 15 tahun di dunia jurnalistik Iran dan dikenal luas karena liputannya yang mendalam serta wawancaranya dengan para tokoh penting negara. Dalam insiden tersebut, ia bahkan kembali ke layar kaca hanya beberapa menit setelah serangan—tanpa menunjukkan rasa gentar sedikit pun.
Gedung pusat penyiaran yang diserang mengalami kerusakan cukup parah, terutama pada fasad kaca ikonis yang menjadi simbol visual media pemerintah Iran. Foto-foto kerusakan studio yang hangus dan nyaris tak dapat digunakan kembali dipublikasikan oleh media resmi Iran.
Pihak penyiar menyatakan bahwa serangan tersebut menewaskan sedikitnya tiga orang. Pemerintah Iran, melalui Menteri Luar Negeri Abbas Araghchi, mengecam keras tindakan Israel yang dinilai sebagai bentuk keputusasaan.
“Menyerang media bukan hanya serangan terhadap sebuah bangunan, tetapi serangan terhadap kebebasan informasi dan kebenaran,” tegas Araghchi dalam pernyataan resminya.
Emami Diabadikan Sebagai Pahlawan Nasional
Keberanian Emami menuai penghormatan luas dari publik dan pemerintah Iran. Media konservatif Farhikhtegan menampilkan wajah Emami di halaman depan edisi Selasa, dengan tajuk besar: “Perlawanan Jurnalis Perempuan hingga Detik Terakhir Menjadi Pesan yang Menggema.”
Sebagai bentuk penghargaan, pemerintah memasang baliho besar bergambar Emami di Lapangan Vali-Asr, jantung Kota Teheran. Potret tersebut disandingkan dengan bait puisi karya Ferdowsi, penyair legendaris Persia, yang memuja keberanian dalam membela tanah air.
TV pemerintah juga secara rutin menayangkan ulang cuplikan siaran bersejarah Emami, menegaskan peran penting media sebagai garda depan dalam menjaga semangat bangsa di masa krisis.
Sebaliknya, media pemerintah Iran menyindir reporter Iran International TV—saluran berbasis di London—yang terlihat panik dan berlari menuju tempat perlindungan saat peliputan di Israel ketika sirene rudal berbunyi. Kontras ini dimanfaatkan untuk menegaskan narasi ketangguhan pers dalam negeri di tengah agresi militer.
Insiden serangan terhadap studio penyiaran Iran tidak hanya menyisakan kerusakan fisik, tetapi juga memantik gelombang solidaritas, khususnya terhadap peran jurnalis yang berada di garis depan. Dalam hal ini, Sahar Emami tak sekadar menjadi saksi sejarah, tetapi juga simbol keberanian perempuan Iran yang berdiri tegak melawan intimidasi dengan mikrofon sebagai senjata. (RH)
