GLOBAL, RIYADH – Rusia dan Amerika Serikat mencapai kesepakatan pada Selasa (18/2) untuk membentuk tim perundingan guna mencari solusi dalam mengakhiri perang di Ukraina. Kesepakatan ini lahir dari pertemuan tingkat tinggi pertama antara Washington dan Moskwa sejak invasi Rusia ke Ukraina pada 2022.
Namun, inisiatif ini menimbulkan kekhawatiran di antara para pemimpin Eropa, terutama terkait kemungkinan perubahan kebijakan Amerika Serikat terhadap Rusia di bawah pemerintahan Presiden Donald Trump. Mereka mengkhawatirkan adanya konsesi besar bagi Moskwa yang dapat mengubah keseimbangan keamanan di Eropa, mengingat sejarah kesepakatan di era Perang Dingin.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengecam absennya keterlibatan Kyiv dalam perundingan yang berlangsung selama lebih dari empat jam di Riyadh, Arab Saudi. Ia menegaskan bahwa setiap negosiasi untuk mengakhiri perang harus melibatkan negara-negara Eropa, termasuk Turkiye yang telah menawarkan diri sebagai tuan rumah perundingan.
“Ini hanya akan menguntungkan Putin,” ujar seorang pejabat senior Ukraina kepada AFP, mengkritik perundingan yang berlangsung tanpa partisipasi langsung Ukraina.
Sementara itu, Presiden Trump dalam konferensi pers di Mar-a-Lago, Florida, menyatakan optimisme bahwa negosiasi ini dapat menghasilkan kesepakatan damai. “Saya yakin saya memiliki kekuatan untuk mengakhiri perang ini,” kata Trump. Namun, ia juga mengkritik reaksi Ukraina yang merasa ditinggalkan dalam perundingan tersebut.
Dalam pertemuan tersebut, Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio dan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov menyepakati pembentukan tim perundingan tingkat tinggi untuk mencari solusi segera dalam mengakhiri konflik di Ukraina. Selain itu, kedua negara akan membangun mekanisme konsultasi untuk memperbaiki hubungan bilateral dan membuka peluang kerja sama di masa depan.
Yuri Ushakov, ajudan kebijakan luar negeri Presiden Vladimir Putin, membenarkan pembentukan tim negosiasi tersebut. Namun, ia menyebut bahwa belum ada kepastian mengenai pertemuan langsung antara Trump dan Putin. Meski demikian, Trump mengindikasikan bahwa pertemuan dengan Putin mungkin terjadi sebelum akhir bulan ini.
Perundingan di Riyadh menjadi langkah diplomatik strategis bagi Rusia, yang dalam tiga tahun terakhir mengalami isolasi dari negara-negara Barat di bawah pemerintahan Presiden Joe Biden. Negosiator ekonomi Rusia, Kirill Dmitriev, menilai bahwa upaya Barat untuk mengisolasi Rusia telah gagal.
“Kami tidak hanya mendengarkan, tetapi juga memahami satu sama lain, dan saya yakin pihak Amerika kini lebih memahami posisi kami,” ujar Lavrov kepada wartawan. Ia juga menegaskan bahwa Rusia menolak pengerahan pasukan NATO ke Ukraina sebagai bagian dari kesepakatan gencatan senjata yang tengah dibahas. (RH)
