**GLOBAL/ GAZA – Ratusan warga Palestina turun ke jalan di Gaza pada Selasa (25/3) dalam aksi protes terbesar sejak perang antara Hamas dan Israel pecah pada Oktober 2023. Para demonstran, mayoritas anak muda, menuntut Hamas mundur dari kekuasaan.
Rekaman yang beredar di media sosial memperlihatkan lautan massa memenuhi jalanan Beit Lahia, Gaza utara, meneriakkan yel-yel anti-Hamas, seperti “… keluar, keluar, keluar, Hamas keluar.”
BBC melaporkan bahwa unjuk rasa ini dibubarkan secara paksa oleh pasukan keamanan Hamas yang mengenakan penutup wajah. Beberapa di antaranya membawa senjata api dan pentungan serta melakukan tindakan represif terhadap para peserta aksi.

Ketidakpuasan Warga Gaza Memuncak
Aksi protes terjadi sehari setelah kelompok Jihad Islam menembakkan roket ke Israel, yang dibalas dengan keputusan Israel untuk mengevakuasi sebagian besar warga Beit Lahia. Langkah tersebut menambah kemarahan warga yang merasa menjadi korban dalam konflik ini.
“Kami menolak mati demi siapa pun, demi agenda partai mana pun, atau kepentingan negara asing,” kata Mohammed Diab, seorang demonstran yang kehilangan rumah dan saudaranya akibat serangan udara Israel. “Hamas harus mendengar suara mereka yang berduka, suara yang muncul dari bawah puing-puing—itulah suara yang paling jujur.”
Dalam rekaman lainnya, massa terdengar menyerukan, “Gulingkan kekuasaan Hamas, gulingkan kekuasaan Ikhwanul Muslimin.” Kritik terhadap Hamas semakin meluas, meski kelompok ini masih memiliki pendukung setia.
Hamas Bungkam, Warga Gaza Suarakan Ketidakpuasan
Hingga saat ini, Hamas belum memberikan pernyataan resmi terkait demonstrasi ini. Namun, para pendukungnya menuding bahwa aksi tersebut digerakkan oleh pihak asing dan menyebut para peserta sebagai pengkhianat.
Kritik terhadap Hamas semakin lantang sejak perang berkecamuk. Salah seorang warga Gaza, Mohammed Al Najjar, menulis di Facebook, “Mohon maaf, Hamas sebenarnya sedang bertaruh untuk apa? Mereka bertaruh untuk darah (nyawa) kami, darah (nyawa) yang oleh dunia hanya dipandang sebagai statistik.”
“Hamas pun menganggap kami hanya sebagai angka. Mundurlah dan biarkan kami mengobati luka-luka kami,” tambahnya.
Konflik Gaza yang Tak Berkesudahan
Hamas telah menguasai Gaza sejak 2007 setelah menyingkirkan rival-rival politiknya dengan kekerasan. Konflik terbaru ini dipicu oleh serangan Hamas ke Israel pada 7 Oktober 2023, yang menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyebabkan 251 orang disandera. Israel merespons dengan operasi militer besar-besaran untuk menghancurkan Hamas.
Menurut Kementerian Kesehatan Gaza yang dikelola Hamas, lebih dari 50.000 warga Palestina tewas akibat serangan balasan Israel. Sebagian besar dari 2,1 juta penduduk Gaza telah mengungsi, bahkan berkali-kali. Sekitar 70 persen bangunan di wilayah tersebut hancur atau rusak, sementara layanan kesehatan, air bersih, dan sanitasi lumpuh.
Setelah hampir dua bulan gencatan senjata yang dimulai pada 19 Januari, Israel kembali melancarkan serangan udara pada 18 Maret. Serangan ini dilakukan setelah Hamas menolak usulan terbaru dari Amerika Serikat untuk memperpanjang gencatan senjata, dengan alasan bahwa Israel tidak mematuhi perjanjian sebelumnya.
Di tengah kehancuran yang terus berlanjut, suara protes dari dalam Gaza semakin keras, mencerminkan keinginan sebagian warga untuk mengakhiri penderitaan yang telah berlangsung terlalu lama. (RH)
