Ramalan dan Realitas: Dukun Ikut “Bertarung” di Pilpres Korea Selatan 2025

INTERNASIONAL SOSIAL BUDAYA

**PRADANAMEDIA/ SEOUL – Di tengah citra Korea Selatan sebagai negara maju dengan teknologi tinggi dan pendapatan per kapita yang tinggi, praktik perdukunan tetap hidup dan memiliki tempat penting dalam masyarakat. Fenomena ini kembali mencuat dalam pemilihan presiden (Pilpres) mendadak yang digelar pada Selasa (3/6), menyusul pemakzulan Presiden Yoon Suk-yeol akibat deklarasi darurat militer yang gagal.

Dalam masyarakat Korea, dukun atau mudang masih sering menjadi rujukan dalam pengambilan keputusan penting, mulai dari asmara hingga bisnis. Bahkan, dalam ajang politik seperti pilpres, para dukun tak segan unjuk kemampuan meramal masa depan politik negeri Ginseng.

Dua kandidat utama dalam Pilpres 2025 adalah Lee Jae-myung dan Kim Moon Soo. Berdasarkan survei Gallup terbaru, Lee unggul dengan 49 persen dukungan, sedangkan Kim mendapat 35 persen.

Dukun Adu Ramalan: Siapa Presiden Korea Selatan Berikutnya?

Seorang dukun bernama Yang Su-bong, yang berbasis di Incheon, menyatakan keyakinannya bahwa Lee Jae-myung akan keluar sebagai pemenang. Dalam wawancara dengan AFP, ia mengatakan sudah “melihat aura kepresidenan” dalam diri Lee sejak awal. Meski mendapat ancaman dan kritik atas ramalannya, ia menegaskan tak bisa berbohong soal apa yang ia lihat.

Namun, tidak semua dukun sepakat. Lee Dong-hyeon, atau yang dikenal dengan nama spiritual Ohbangdoryeong, lebih skeptis. Ia pernah menarik perhatian setelah meramalkan kejatuhan Presiden Yoon tiga tahun lalu, dan kini dikenal di kalangan politisi lokal. Mengenai Pilpres kali ini, ia tak yakin Lee akan membawa stabilitas jangka panjang. Ia meramalkan masa damai hanya akan berlangsung dua tahun sebelum badai politik dan “pembersihan berdarah” terjadi.

Dukun lainnya, Hong Myeong-hui, juga memperingatkan tentang masa-masa sulit ke depan. Ia menggambarkan energi Lee sebagai “api liar yang cepat menguras”, sementara Kim dinilai memiliki “api yang tenang”. Menurutnya, masa kepemimpinan Lee, jika terpilih, akan penuh gejolak.

“Ramalan bukan untuk menyenangkan orang, tetapi untuk menyampaikan kebenaran — dan kebenaran tidak selalu menyenangkan,” ujarnya.

Perdukunan Modern: Dari Kuil ke Layar YouTube

Meskipun praktik perdukunan berasal dari tradisi kuno Korea, transformasi digital membuat para dukun kini bisa dijangkau secara daring. Banyak dari mereka merambah platform seperti YouTube dan melakukan konsultasi spiritual via panggilan video.

Data dari asosiasi perdukunan terbesar di Korea Selatan mencatat sekitar 300.000 praktisi shamanisme aktif di seluruh negeri. Popularitas budaya pop seperti film thriller Exhuma juga turut menghidupkan kembali ketertarikan publik terhadap dukun dan dunia spiritual.

Menurut Lee Won-jae, seorang sosiolog dari KAIST, peran perdukunan dalam politik Korea tak bisa dianggap remeh. “Dalam hal mendramatisasi politik, tidak ada yang lebih efektif daripada menggunakan tema perdukunan,” jelasnya.

Fenomena ini menyoroti ironi dalam modernitas Korea Selatan—negara dengan internet tercepat di dunia, tetapi masih akrab dengan dunia spiritual kuno. Dalam momentum politik penuh ketidakpastian, publik tampaknya tetap mencari jawaban dari dunia yang tak terlihat. (RH)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *