**PRADANAMEDIA/ PALANGKA RAYA – Kawasan Puntun yang terletak di bantaran Sungai Kahayan, Palangka Raya, Kalimantan Tengah, perlahan berubah wajah. Wilayah yang dulunya kurang tertata ini kini tengah digarap serius oleh Pemerintah Kota Palangka Raya untuk menjadi destinasi wisata sosial yang menonjolkan keunikan kehidupan masyarakat tepian sungai.
Transformasi kawasan tidak hanya bersifat fisik, tetapi juga mencakup perubahan pola pikir dan perilaku warga dalam menjaga lingkungan tempat tinggal mereka. Wakil Wali Kota Palangka Raya, Achmad Zaini, menjelaskan bahwa upaya awal dimulai dari penanganan masalah kebersihan, khususnya sampah yang selama ini menjadi persoalan utama.

“Salah satu masalah utamanya adalah sampah. Kami telah melakukan gerakan kebersihan bersama dengan OPD terkait untuk membersihkan kawasan tersebut,” ujar Zaini.
Pemerintah juga melibatkan mitra dan organisasi masyarakat binaan guna mengedukasi warga agar lebih peduli terhadap lingkungan dan tidak membuang sampah sembarangan. Sejumlah fasilitas pembuangan dan pengelolaan sampah pun mulai ditata agar mendukung program ini secara berkelanjutan.
Sungai Kahayan sendiri menjadi daya tarik utama dalam rencana pengembangan kawasan Puntun sebagai wisata sosial. Menurut Zaini, kehidupan masyarakat di tepian sungai menyimpan kekhasan budaya dan sosial yang dapat menjadi nilai jual pariwisata.
“Lokasinya yang berada di tepi sungai membuat kawasan ini potensial dikembangkan sebagai wisata dengan karakter sosial yang unik dan berbeda dari tempat lain,” jelasnya.
Ia menegaskan bahwa pengembangan Puntun merupakan bagian dari upaya membangun Palangka Raya secara inklusif dan merata. Tidak hanya wilayah pusat kota yang mendapat perhatian, tetapi juga kawasan-kawasan pinggiran yang sebelumnya kurang tersentuh pembangunan.
“Kami ingin pembangunan tidak terpusat, melainkan merata. Setiap kawasan harus punya daya saing, termasuk Puntun,” tambahnya.
Langkah ini juga selaras dengan visi besar Pemerintah Kota Palangka Raya dalam menjadikan seluruh wilayah sebagai ruang hidup yang berdaya—mengembangkan potensi ekonomi, sosial, hingga pariwisata berbasis kearifan lokal dan kelestarian lingkungan. (RH)
