PM Lawrence Wong: Singapura Hadapi Tantangan Ekonomi Terbesar dalam Sejarah Modern

EKONOMI INTERNASIONAL

**PRADANAMEDIA SINGAPURA – Perdana Menteri Singapura Lawrence Wong memperingatkan bahwa perlambatan ekonomi besar-besaran tidak bisa dihindari, menyusul ketegangan geopolitik yang meningkat dan kebijakan tarif baru dari Amerika Serikat. Dalam pidatonya pada peringatan Hari Buruh (May Day), Kamis (1/5), Wong menyatakan bahwa perekonomian global tengah bergolak dan Singapura tidak akan luput dari dampaknya.

“Pertumbuhan ekonomi sedang melambat. Meskipun saat ini Singapura belum menjadi sorotan utama, namun tekanan itu pasti akan datang,” kata Wong seperti dikutip dari Antara.

Kekhawatiran ini dipicu oleh kebijakan Presiden AS Donald Trump yang pada April lalu menetapkan tarif minimum sebesar 10 persen terhadap seluruh barang impor, termasuk dari Singapura. Wong menyebut langkah tersebut telah menimbulkan dampak nyata di dunia usaha—terlihat dari pembatalan dan penundaan pesanan, tertundanya investasi, serta pengurangan skala operasi bisnis.

“Amerika sudah merasakannya. Krisis ini bersifat global dan efeknya akan menjalar ke Singapura juga,” ujar Wong.

Ia menekankan bahwa situasi ini bukanlah badai yang akan cepat berlalu. Wong membandingkan krisis ini dengan pandemi Covid-19, yang awalnya dianggap akan selesai dalam hitungan bulan, namun nyatanya berlangsung selama bertahun-tahun dengan berbagai gelombang.

“Kita tidak tahu pasti berapa lama ini akan berlangsung. Tapi yang jelas, ini bukan masalah yang akan selesai dalam waktu satu tahun,” tegasnya.

Wong menyerukan kesiapsiagaan mental seluruh warga Singapura untuk menghadapi periode ketidakpastian jangka panjang. Ia menambahkan bahwa pemerintah akan terus bekerja keras untuk memperkuat posisi negara, seraya meminta masyarakat turut berperan aktif dalam memperkuat ketahanan nasional.

“Kita harus melakukan segala yang bisa kita lakukan untuk memperkuat posisi Singapura, karena ini adalah salah satu tantangan paling besar yang pernah kita hadapi,” katanya.

Ia juga menyoroti tekanan ekonomi yang sudah lebih dahulu dirasakan masyarakat akibat inflasi global. Walaupun inflasi telah menunjukkan tanda-tanda mereda, perkembangan global terbaru berpotensi menimbulkan disrupsi baru, termasuk lonjakan harga yang lebih besar. (RH)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *