GLOBAL/ LONDON – Perdana Menteri Inggris, Keir Starmer, akan menggelar pertemuan virtual dengan sekitar 25 pemimpin dunia pada Sabtu (15/3) guna membentuk koalisi yang bertujuan mengawasi gencatan senjata di Ukraina.
Langkah ini diambil saat Presiden Rusia, Vladimir Putin, masih mempertimbangkan proposal gencatan senjata 30 hari yang diajukan oleh Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump. Namun, Starmer meragukan niat baik Kremlin dalam menyepakati perjanjian damai tersebut.
“Kita tidak bisa membiarkan Presiden Putin mempermainkan kesepakatan yang diusulkan Trump,” ujar Starmer, dikutip dari AFP. “Jika Rusia benar-benar berniat bernegosiasi, maka dunia harus siap mengawasi gencatan senjata agar perdamaian yang tercipta bersifat serius dan berkelanjutan. Jika tidak, kita perlu meningkatkan tekanan ekonomi terhadap Moskwa.”

Koalisi Global untuk Mengawal Perdamaian
Starmer dan Presiden Prancis, Emmanuel Macron, telah memimpin upaya pembentukan Coalition of the Willing sejak Trump memulai negosiasi langsung dengan Rusia bulan lalu. Tujuan utama koalisi ini adalah memberikan jaminan keamanan bagi Ukraina dan memastikan Rusia tidak melanggar kesepakatan gencatan senjata.
Dalam pertemuan ini, para pemimpin dunia akan membahas dua aspek utama:
- Meningkatkan tekanan ekonomi terhadap Rusia dalam jangka pendek.
- Menyusun strategi dukungan jangka panjang untuk memastikan perdamaian yang adil dan berkelanjutan di Ukraina.
Selain itu, koalisi juga akan mendiskusikan kemungkinan peningkatan bantuan militer kepada Ukraina guna menghadapi serangan Rusia yang masih berlanjut.
Dukungan dari NATO dan Uni Eropa
Beberapa negara anggota Persemakmuran Inggris, seperti Kanada, Australia, dan Selandia Baru, telah mengikuti diskusi awal dan dijadwalkan bergabung dalam pertemuan ini.
Sejumlah pemimpin dunia lainnya yang diperkirakan turut hadir antara lain:
- Sekretaris Jenderal NATO, Mark Rutte
- Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen
- Presiden Dewan Eropa, António Costa
- Pemimpin dari Spanyol, Portugal, Latvia, Rumania, dan Republik Ceko
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, mengonfirmasi pertemuan tersebut dan menyebut bahwa ia telah berdiskusi dengan Macron mengenai aspek teknis implementasi gencatan senjata.
“Tim kami terus bekerja untuk mendapatkan jaminan keamanan yang jelas, dan semuanya akan siap dalam waktu dekat,” ujar Zelensky.
Kemungkinan Pengiriman Pasukan Barat ke Ukraina
Dalam perkembangan mengejutkan, Starmer dan Macron bahkan menyatakan kesiapan Inggris dan Prancis untuk mengirim pasukan ke Ukraina jika diperlukan. Namun, belum ada kepastian apakah negara-negara lain akan mengambil langkah serupa.
Di sisi lain, Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Kaja Kallas, dikabarkan akan mengusulkan tambahan bantuan militer sebesar 40 miliar euro (sekitar Rp 711 triliun) untuk Kyiv, sebagai bagian dari strategi jangka panjang mendukung Ukraina.
Tekanan Internasional terhadap Rusia
Presiden Prancis, Emmanuel Macron, mendesak Rusia agar menerima proposal gencatan senjata dan segera menghentikan kekerasan di Ukraina.
Sementara itu, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Jerman, Kathrin Deschauer, menilai respons Rusia terhadap proposal AS sebagai “taktik penundaan” dan mempertanyakan niat Moskwa dalam mencari solusi damai.
Dengan terbentuknya koalisi internasional ini, dunia menanti apakah tekanan dari berbagai negara akan cukup untuk mendorong Rusia menerima gencatan senjata atau justru memicu eskalasi konflik yang lebih luas. (RH)

