Pemilu Ukraina Ditekan AS dan Rusia, Oposisi Bersikeras Menolak

INTERNASIONAL POLITIK

GLOBAL/ KYIV – Pemimpin oposisi Ukraina, Petro Poroshenko dan Yulia Tymoshenko, menyatakan dukungannya terhadap larangan pemilu hingga tercapainya perdamaian di negara tersebut. Pernyataan ini disampaikan, Kamis (6/3), menyusul laporan bahwa pejabat Amerika Serikat (AS) diam-diam berdialog dengan Rusia mengenai kemungkinan penyelenggaraan pemilu di Ukraina dalam waktu dekat.

Sebagaimana diketahui, pemilu di Ukraina saat ini dilarang berdasarkan hukum darurat militer, meskipun masa jabatan Presiden Volodymyr Zelensky telah berakhir pada 20 Mei 2024. Namun, Rusia dan pemerintahan Presiden AS Donald Trump disebut-sebut mendesak agar pemilu segera dilaksanakan.

Oposisi Tegas Menolak Pemilu di Tengah Perang

Dalam pernyataannya, Poroshenko menegaskan bahwa pihaknya sejak awal hingga kini tetap menolak pelaksanaan pemilu selama perang masih berlangsung.

“Kami telah mengatakan, dan terus mengatakan, bahwa pemilu hanya dapat dilaksanakan setelah gencatan senjata dan adanya perjanjian damai yang menjamin keamanan bagi Ukraina,” ujar Poroshenko, dikutip dari AFP.

Lebih lanjut, ia menekankan bahwa timnya bekerja secara transparan untuk mempertahankan dukungan bipartisan bagi Ukraina. Namun, ia juga mengkritik pemerintahan Zelensky yang dinilainya memiliki komunikasi kurang baik dengan pemerintah AS, yang menurutnya bisa menjadi ancaman bagi negara.

Sementara itu, Yulia Tymoshenko, pemimpin Partai Fatherland, mengungkapkan bahwa timnya tengah bernegosiasi dengan sekutu internasional guna mempercepat terwujudnya perdamaian yang adil bagi Ukraina.

“Sampai saat itu tiba, mengadakan pemilu di Ukraina sama sekali tidak bisa dibicarakan,” tulis Tymoshenko dalam pernyataan resminya.

Tekanan Internasional dan Masa Depan Ukraina

Dorongan dari AS dan Rusia untuk segera menggelar pemilu menambah tekanan bagi Kyiv di tengah konflik yang masih berlangsung. Ukraina berada dalam posisi sulit di mana stabilitas politik harus dijaga, sementara desakan dari kekuatan global semakin meningkat.

Meski demikian, pemerintahan dan oposisi Ukraina tampaknya sejalan dalam hal mempertahankan larangan pemilu hingga situasi keamanan membaik. Dengan perang yang masih berkecamuk, masa depan politik Ukraina masih menjadi tanda tanya besar. (RH)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *