PDIP Dilema Gabung Pemerintahan Prabowo? Antara Dukungan Nyata dan Sikap Kritis

NASIONAL PEMERINTAHAN

**PRADANAMEDIA/ JAKARTA – Meskipun Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto, telah menemui Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri di kediamannya di Jakarta dalam suasana hangat Lebaran, sinyal resmi bahwa PDIP akan bergabung ke dalam pemerintahan belum juga terlihat.

Direktur Parameter Politik Indonesia (PPI), Adi Prayitno, menilai bahwa secara praktik, PDIP sebenarnya telah memberikan dukungan terhadap pemerintahan Prabowo, meskipun belum secara formal berada di dalam kabinet.

“Kalau kita lihat dinamika di parlemen, Fraksi PDIP yang memiliki kursi terbanyak terlihat memberikan restu terhadap sejumlah pembahasan undang-undang dan kebijakan penting. Bahkan, banyak elite PDIP juga duduk di posisi strategis dalam alat kelengkapan dewan. Ini bukti konkret bahwa kerja sama politik dengan Prabowo sudah terbangun,” ujar Adi, Rabu (9/4).

Meski begitu, Adi menyebut bahwa PDI-P masih melakukan kalkulasi politik sebelum benar-benar menentukan sikap bergabung atau tetap berada di luar pemerintahan. “Pasti ada perhitungan untung rugi. Kalau melihat kecenderungan saat ini, PDIP lebih nyaman tidak berada di kabinet, tetapi tetap menjalin kerja sama di parlemen,” tambahnya.

Namun pandangan berbeda disampaikan oleh Direktur Eksekutif Lembaga Survei Indonesia (LSI), Djayadi Hanan. Ia mengkhawatirkan dampak jangka panjang jika PDIP benar-benar bergabung ke dalam pemerintahan.

“Kalau semua partai berada di barisan pendukung pemerintah, ini justru bisa mengikis kualitas demokrasi kita. Pemerintahan akan tampak seperti kekuasaan tunggal dengan dukungan super gemuk. Ini berisiko menghilangkan fungsi kontrol,” jelas Djayadi.

Menurutnya, peran PDIP sebagai oposisi sejauh ini memberi ruang bagi kelompok masyarakat sipil untuk tetap memiliki mitra dalam menjalankan fungsi pengawasan.

“Jika PDIP juga masuk ke dalam pemerintahan, maka kelompok kritis seperti civil society dan media akan kehilangan sekutu dalam menyuarakan kritik. Dampaknya, kualitas pemerintahan bisa ikut melemah,” ujar Djayadi.

Sementara itu, Ketua Harian Partai Gerindra, Sufmi Dasco Ahmad, menjelaskan bahwa pertemuan antara Prabowo dan Megawati beberapa waktu lalu murni dilakukan dalam suasana silaturahmi Lebaran. Ia menggambarkan suasana pertemuan tersebut sebagai akrab dan penuh canda tawa.

“Pertemuan semalam berlangsung dalam suasana kekeluargaan yang hangat. Banyak hal dibahas oleh kedua tokoh bangsa ini, dan waktunya terasa berjalan cepat karena penuh keakraban,” kata Dasco. (RH)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *