Mundur di Tengah Jalan: LG Batal Investasi Rp 129,8 Triliun, Pemerintah RI Tanggapi Keras

EKONOMI INTERNASIONAL

**GLOBAL/ SEOUL – Konsorsium yang dipimpin oleh raksasa teknologi asal Korea Selatan, LG Energy Solution, resmi membatalkan rencana investasinya dalam proyek rantai pasok baterai kendaraan listrik (EV) terintegrasi di Indonesia yang bernilai fantastis, yaitu 7,7 miliar dolar AS atau sekitar Rp 129,8 triliun.

Dilansir Yonhap, Jumat (22/4), keputusan ini diambil setelah LG dan para mitranya berkonsultasi dengan Pemerintah Indonesia. Faktor utama pembatalan adalah perubahan lanskap industri otomotif global, termasuk penurunan signifikan dalam permintaan kendaraan listrik—fenomena yang disebut sebagai EV chasm atau “jurang permintaan EV.”

“Mempertimbangkan kondisi pasar dan lingkungan investasi, kami memutuskan untuk keluar dari proyek tersebut,” ujar perwakilan LG Energy Solution kepada Yonhap.

Meski proyek besar itu urung dilanjutkan, LG dan konsorsium mitranya seperti LG Chem dan LX International tetap mempertahankan beberapa lini bisnis strategis di Indonesia. Salah satunya adalah Hyundai LG Indonesia Green Power (HLI Green Power)—pabrik sel baterai hasil kerja sama dengan Hyundai Motor Group yang terus beroperasi.

Proyek Besar yang Gagal Lepas Landas

Rencana semula, proyek ini akan membangun rantai produksi baterai EV dari hulu hingga hilir—mulai dari pengadaan bahan mentah, produksi prekursor dan bahan katoda, hingga perakitan sel baterai. Semua dirancang untuk mendorong industri kendaraan listrik nasional dan mendukung ambisi Indonesia sebagai pemain utama di pasar baterai global.

Indonesia, sebagai produsen nikel terbesar di dunia, dipandang strategis karena nikel merupakan bahan baku penting untuk baterai kendaraan listrik. Namun, penurunan permintaan global serta faktor ketidakpastian pasar membuat proyek ini tersandung di tengah jalan.

Pemerintah RI: Kalau Tidak Niat, Ya Sudah!

Merespons pembatalan tersebut, Direktur Jenderal Mineral dan Batubara (Dirjen Minerba) Tri Winarno menyampaikan nada keras. Ia mempertanyakan keseriusan LG sejak awal.

“Dia sebetulnya niat enggak sih mau investasi di sini? Kalau enggak niat, ya sudah. Memang dari awal enggak ada niat berarti,” ujar Tri di Kantor Kementerian ESDM, Senin (21/4/2025).

Lebih lanjut, ia mengkritik kinerja konsorsium LG yang dinilai tidak disiplin dalam menjalankan tahapan proyek. Ia bahkan menyamakan keterlambatan LG dengan pembangunan rumah yang tak kunjung dimulai meski sudah dijanjikan.

“Sudah berapa tahun. Harusnya groundbreaking, tapi enggak juga. Berarti dari kamu memang enggak serius kan?” tambahnya.

Investor Pengganti Siap Masuk?

Walau belum mengungkapkan nama, Tri memastikan bahwa pemerintah tengah menyiapkan investor pengganti untuk meneruskan agenda hilirisasi nikel nasional, yang menjadi salah satu prioritas utama Presiden Joko Widodo dalam membangun ekosistem kendaraan listrik domestik.

“Nanti lah kita lihat ya,” ujarnya singkat, membuka peluang akan datangnya mitra baru yang lebih solid dan serius. (RH)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *