Menjaga Warisan Lewat Bahasa: Siswa SMPN 4 Tamiang Layang Ikuti Festival Tunas Bahasa Ibu

Uncategorized

PRADANAMEDIA / TAMIANG LAYANG – Semangat menjaga dan melestarikan budaya daerah terus tumbuh di kalangan generasi muda. Salah satunya ditunjukkan oleh siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 4 Tamiang Layang, Revhal Ngampet Malem, yang turut ambil bagian dalam Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI) tingkat Kabupaten Barito Timur. Ajang ini digelar oleh Dinas Pendidikan Barito Timur di Ruang Terbuka Hijau (RTH) pada Kamis (24/10).

Festival ini menampilkan beragam kategori lomba yang mengangkat kekayaan bahasa daerah, di antaranya Tumet Leut, Stand Up Comedy berbahasa Dayak Ma’anyan dan Dayak Bakumpai, menulis cerpen, cipta puisi, pidato, hingga mendongeng dalam kedua bahasa tersebut.

Guru pendamping SMPN 4 Tamiang Layang, Suriati, S.Pd, bersama Erni Susilawati, S.Pd, menjelaskan bahwa sekolah mereka mengirimkan beberapa peserta untuk mengikuti berbagai cabang lomba, antara lain:

  • Tanuhui (1 siswa putra)
  • Pidato (1 siswi)
  • Stand Up Comedy (1 siswa putra)
  • Tumet Leut (1 siswi)
  • Cerpen (1 siswi)
  • Puisi (1 siswa putra)

“Kami sudah menyiapkan siswa-siswi untuk mengikuti FTBI, salah satunya Revhal Ngampet Malem yang tampil dalam kategori Tanuhui,” ujar Suriati kepada awak media.

Menurutnya, seluruh peserta telah menjalani latihan intensif agar dapat menampilkan performa terbaik saat lomba berlangsung. Ia berharap kegiatan ini menjadi wadah bagi siswa untuk menumbuhkan rasa cinta terhadap bahasa dan budaya daerah.

“Harapan kami, anak-anak dapat mengembangkan dan melestarikan budaya lokal, khususnya budaya Dayak Ma’anyan dan Dayak Bakumpai di Barito Timur. Ini penting agar warisan budaya daerah tidak hilang, tapi terus hidup dan dikenal generasi berikutnya,” tambahnya.

Suriati juga menuturkan bahwa sebelum tampil, para peserta dibimbing secara rutin untuk memperdalam penguasaan teks dan intonasi bahasa daerah yang digunakan.

“Selama beberapa minggu kami berlatih bersama agar siswa lebih siap. Kami ingin mereka tampil percaya diri dan membawa kebanggaan bagi sekolah,” pungkasnya.

Festival Tunas Bahasa Ibu menjadi salah satu upaya pemerintah daerah dan dunia pendidikan untuk menjaga keberlangsungan bahasa dan budaya lokal di tengah arus modernisasi yang kian deras. (RH)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *