Pradanamedia/Palangka Raya, 24 April 2025 — Isu sosial dan lingkungan yang menyelimuti industri kelapa sawit kembali menjadi sorotan dalam seminar peluncuran buku Hantu Tuan Kebun yang digelar pada Kamis pagi di Swissbell Hotel Danum, Palangka Raya.
Acara yang dimulai pukul 09.00 WIB ini menghadirkan berbagai tokoh penting dari lintas sektor. Di antara yang hadir adalah Direktur Save Our Borneo Muhammad Habibi, perwakilan Dinas Kehutanan Kalteng Putri Sekar Mayang, Sekda Kabupaten Kotawaringin Timur Gunawan, Kejati Kalteng Wahyudi Eko Husodo, hingga akademisi dan mahasiswa dari Universitas Palangka Raya serta Universitas Muhammadiyah Palangka Raya.
Seminar dibuka secara resmi oleh Direktur Save Our Borneo, Muhammad Habibi, yang menjelaskan bahwa kegiatan ini merupakan kolaborasi antara Save Our Borneo, Fakultas Pertanian dan Kehutanan Universitas Muhammadiyah Palangka Raya, serta Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Palangka Raya.
Habibi menegaskan bahwa Save Our Borneo, sejak berdiri pada 2005, telah aktif mengawasi aktivitas industri sawit, yang dinilai sebagai salah satu pemicu utama kerusakan lingkungan dan konflik agraria. Ia menyoroti masih maraknya konflik sosial di wilayah perkebunan sawit yang bahkan telah memakan korban jiwa.
Paparan inti disampaikan langsung oleh penulis buku, jurnalis Aldo Sallis (Kompas) dan Budi Baskoro (Mongabay), yang menggali lebih dalam kisah nyata di balik konflik lahan dan dampak sosial-ekologis dari ekspansi sawit. Diskusi ini juga melibatkan narasumber dari Kejaksaan Tinggi Kalteng, Wahyudi Eko Husodo, serta perwakilan GAPKI Kalteng, Rawing Rambang.
Diskusi berjalan dinamis dengan antusiasme tinggi dari peserta, khususnya kalangan mahasiswa. Dalam penutupannya, disampaikan bahwa buku Hantu Tuan Kebun tidak hanya menjadi sumber referensi penting, tetapi juga wadah refleksi kolektif. Ditekankan pula pentingnya membangun dialog lintas sektor yang berbasis jurnalistik untuk menghadirkan informasi yang jujur, sistematis, dan sesuai kondisi di lapangan. (KN)
