
Jakarta – Program unggulan kabinet Presiden Prabowo Subianto, Makan Bergizi Gratis (MBG), mulai menarik perhatian publik setelah diterapkan di sejumlah sekolah di daerah. Program ini dianggap memiliki potensi besar untuk meningkatkan fungsi kognitif siswa, asalkan makanan yang disediakan diolah dengan menu bergizi yang sesuai.
Dalam diskusi bertajuk Pojok Bulaksumur yang digelar oleh Sekretariat Universitas Gadjah Mada (UGM), tiga pakar akademisi menyampaikan pandangan mereka mengenai program ini. Prof. Wahyudi Kumorotomo dari Fakultas Ilmu Sosial dan Politik menekankan pentingnya tata kelola yang transparan dan akuntabel. Prof. Subejo dari Departemen Sosial Ekonomi Pertanian menambahkan, program ini harus dirancang secara efektif agar manfaatnya tepat sasaran. Sementara itu, Dr. Toto Sudargo dari Departemen Gizi Kesehatan Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) UGM mengingatkan bahwa pengelolaan menu makanan harus sesuai standar gizi demi mendukung pertumbuhan siswa secara optimal.
Namun, program ini juga menghadapi tantangan besar. Media asing melaporkan insiden keracunan massal yang dialami puluhan siswa setelah mengonsumsi makanan dari program MBG. Kasus ini menimbulkan kekhawatiran terhadap pengawasan mutu makanan yang disediakan, sekaligus menjadi pengingat bahwa implementasi program perlu diawasi secara ketat agar tidak menjadi celah bagi korupsi.
Program Makan Bergizi Gratis memiliki potensi untuk menjadi langkah besar dalam meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia. Namun, keberhasilannya sangat bergantung pada komitmen pemerintah untuk menjaga mutu, transparansi, dan keamanan program ini. (KN)
