**PRADANAMEDIA / PALANGKA RAYA – Menyikapi maraknya penyusupan paham radikal dan intoleran di lingkungan kampus, para mahasiswa dari delapan kabupaten/kota di Kalimantan Tengah membentuk solidaritas ideologis lewat forum diskusi bersama.
Forum bertajuk “Pencegahan Paham Terorisme, Radikalisme, dan Intoleransi di Kalangan Mahasiswa se-Kalteng” ini digelar di Hotel Dandang Tingang, Palangka Raya, pada Rabu (9/7), dengan melibatkan berbagai organisasi Himpunan Mahasiswa (HIMA) dari sejumlah daerah.

Bukan Sekadar Simbolik, Tapi Titik Balik
Komunikator HIMA se-Kalteng, Fardoari Reketno, menekankan bahwa forum ini bukan seremoni semata, melainkan titik balik bagi mahasiswa untuk menyadari pentingnya peran mereka sebagai garda terdepan dalam menjaga ketahanan ideologi bangsa.
“Paham radikal hari ini tidak selalu datang dengan wajah garang. Ia menyusup halus ke ruang diskusi, media sosial, bahkan ke tubuh organisasi mahasiswa itu sendiri,” ujar Fardoari.
Ia menyoroti pentingnya ruang-ruang kritis di kampus agar tidak dibajak oleh narasi menyimpang. Bila ruang akademik menjadi hening, katanya, maka masyarakat akan kehilangan arah.
“Terorisme bukan hanya tindakan kekerasan, tetapi juga cara berpikir yang membenarkan kekerasan dan menolak keberagaman,” tegasnya.
Dari Forum ke Gerakan Kolektif
Forum ini tak berhenti di ruang diskusi. Para peserta menyepakati pembentukan jejaring pemuda lintas daerah sebagai bentuk gerakan kolektif untuk menangkal infiltrasi ideologi ekstrem.
“Gerakan mahasiswa tidak boleh sekadar reaktif. Kita harus bergerak strategis, terorganisir, dan relevan dengan tantangan zaman. Apalagi di era digital, serangan ideologi menyusup tanpa permisi,” tambahnya.
Diskusi Interaktif, Isu Strategis
Tiga isu pokok dibahas dalam forum ini: terorisme, radikalisme, dan intoleransi, dengan menitikberatkan pada pencegahan berbasis pendidikan dan penguatan nilai kebangsaan.
Diskusi menghadirkan empat narasumber dari beragam latar belakang:
- H. Khairil Anwar, Ketua FKPT sekaligus Ketua MUI Kalteng
- Perwakilan Densus 88 AT Kalteng
- H. Samsul Bahri, tokoh NU sekaligus perwakilan FKUB Kalteng
- Feni Catriani Utami, pejabat dari Badan Kesbangpol Provinsi Kalteng
Para narasumber menyoroti pola baru penyebaran ekstremisme di lingkungan kampus dan pentingnya pendekatan moderasi beragama untuk merawat kebhinekaan.
Gerakan Independen Mahasiswa
Kegiatan ini digagas secara independen oleh sejumlah organisasi mahasiswa, antara lain:
- IPMK Palangka Raya
- HIMA Barito Timur
- HIMA Palangka Raya
- Permas (Seruyan)
- HIMA Sukamara
- HIMA Katingan
- HIMA Pulang Pisau
- HIMA Kotawaringin Barat
Kehadiran mereka menandai kesadaran kolektif mahasiswa dalam menghadapi ancaman ideologis yang mengancam masa depan Indonesia sebagai bangsa yang plural dan toleran. (RH)
