**GLOBAL/ TOKYO – Pemerintah Jepang terus mengambil langkah tegas menghadapi krisis harga beras yang melonjak tajam. Menteri Pertanian Jepang, Taku Eto, mengumumkan pada Rabu (9/4) bahwa pemerintah akan terus melepas cadangan beras darurat ke pasar hingga musim panas tahun ini sebagai upaya menstabilkan harga.
Langkah ini merupakan tindak lanjut dari strategi yang sudah dimulai sejak bulan lalu — sebuah kebijakan langka yang belum pernah dilakukan secara rutin sejak sistem cadangan beras dibentuk pada 1995.
“Untuk menekan lonjakan harga beras, pemerintah akan terus menjual cadangan setiap bulan sampai panen tiba musim panas nanti,” ujar Eto dalam konferensi pers.

Hingga awal April, Jepang telah menggelontorkan sekitar 210.000 ton beras ke pasaran. Pemerintah juga berencana melelang tambahan 100.000 ton lagi pada pekan ketiga April ini.
Faktor Pemicu: Dari Cuaca hingga Kepanikan Gempa
Kenaikan harga beras di Jepang dipicu oleh kombinasi sejumlah faktor. Panen 2023 yang buruk akibat cuaca panas ekstrem menyebabkan produksi menurun drastis. Sementara itu, lonjakan permintaan terjadi karena kepanikan masyarakat terhadap peringatan gempa bumi dan peningkatan konsumsi dari wisatawan asing.
Situasi diperparah oleh spekulasi pasar: beberapa pelaku usaha ditengarai menahan stok untuk menunggu harga naik lebih tinggi, demi meraup keuntungan maksimal.
Menurut data terbaru, harga eceran beras per akhir Maret tercatat mencapai 4.206 yen (sekitar Rp 488.745) per 5 kilogram, atau melonjak lebih dari 104 persen dibanding tahun sebelumnya.
Target Ekspor dan Ketegangan Dagang dengan AS
Di tengah persoalan domestik, Jepang tetap menargetkan peningkatan ekspor beras hingga 350.000 ton pada tahun 2030, hampir delapan kali lipat dari angka ekspor saat ini. Langkah ini menjadi strategi jangka panjang menghadapi penurunan konsumsi dalam negeri akibat populasi yang menua.
Namun, perdagangan beras Jepang juga menghadapi tantangan di tingkat internasional. Presiden AS Donald Trump baru-baru ini menetapkan tarif 24 persen untuk produk impor Jepang, termasuk beras, sebagai respons atas kebijakan Jepang yang mengenakan tarif hingga 700 persen terhadap beras asal AS. (RH)
