Kenaikan Upah dan PPN Membebani, Alfamart Tutup 400 Gerai di 2024

EKONOMI NASIONAL

Jakarta – Industri ritel menghadapi tantangan berat pada tahun 2024, dengan sejumlah perusahaan terpaksa menutup gerai akibat kesulitan finansial. Salah satu yang paling mencolok adalah PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk, pengelola jaringan minimarket Alfamart, yang telah menutup 400 gerai di seluruh Indonesia tahun ini.

Menurut Solihin, Corporate Affairs Director Alfamart, keputusan ini diambil karena sebagian besar gerai tersebut tidak memberikan keuntungan. “Kalau untung, pasti kita buka terus,” ujar Solihin, yang juga menjabat Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Retail Indonesia (Aprindo), dalam acara pelantikan pengurus Aprindo baru-baru ini.Solihin mengungkapkan bahwa kenaikan Upah Minimum Provinsi (UMP) sebesar 6,5% yang akan berlaku mulai Januari 2025, semakin memperberat kondisi para pengusaha ritel. Ia menekankan bahwa pengusaha ritel tidak memiliki pilihan selain melakukan efisiensi untuk bertahan. “Semua peritel akan mengarah pada efisiensi,” ujarnya.

Namun, ia menegaskan bahwa efisiensi yang dimaksud tidak hanya berupa pemutusan hubungan kerja (PHK), melainkan juga langkah-langkah lain untuk mengurangi biaya operasional.Menyikapi situasi tersebut, Wakil Menteri Perindustrian, Faisol Riza, mengungkapkan bahwa pemerintah tengah mengkaji pemberian insentif untuk sektor ritel guna meningkatkan daya saingnya.

“Kami percaya sektor ini masih memiliki potensi besar untuk tumbuh. Karena itu, kami sedang mempelajari apakah insentif tambahan bisa diberikan agar sektor ini bisa berkembang lebih baik di tahun depan,” katanya. Faisol menjelaskan, kajian tersebut melibatkan koordinasi dengan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dan Kementerian Keuangan untuk menilai langkah-langkah yang tepat.Seiring dengan tekanan kenaikan UMP, sektor ritel di Indonesia juga tengah menghadapi dampak dari gangguan rantai pasok global, yang turut mempengaruhi pertumbuhannya.

Sementara itu, meskipun sektor ritel makanan, minuman, dan tembakau mengalami peningkatan penjualan, terutama di kalangan kelas menengah dan milenial, penerapan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 12% mulai Januari 2025 diprediksi dapat memperlambat pembelian masyarakat.Menurut data Bank Indonesia (BI) yang dirilis pada Februari 2024, Indeks Penjualan Riil (IPR) sektor ritel tercatat tumbuh 6,4% secara tahunan, dengan sektor makanan dan minuman menjadi pendorong utama. Meskipun demikian, adanya peningkatan tarif PPN yang diberlakukan pada barang dan jasa tertentu diperkirakan akan menambah beban konsumen, yang berpotensi mengurangi daya beli dan menghambat pertumbuhan sektor ini.Kondisi ini menambah kekhawatiran kalangan pengusaha ritel, yang berharap pemerintah dapat segera memberikan solusi agar sektor ini tetap bisa berkembang di tengah tantangan ekonomi yang semakin berat. (KN)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *