JAKARTA – Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo menegaskan bahwa Polri bukan institusi yang antikritik. Ia justru mendorong agar masyarakat terus memberikan koreksi dan evaluasi sebagai bagian dari proses pembenahan internal di tubuh kepolisian.
“Polri selalu terbuka untuk dikoreksi dan dievaluasi. Itu menjadi bagian penting dalam upaya kami untuk terus berbenah,” ujar Kapolri saat menyampaikan sambutan dalam pagelaran wayang kulit yang digelar dalam rangka peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-79 Bhayangkara di Lapangan Bhayangkara, Jakarta Selatan, Jumat (5/7) tengah malam.

Pernyataan ini disampaikan sebagai respons atas pertanyaan Ki Dalang yang menanyakan harapan Jenderal Sigit terhadap institusi Polri yang kini menginjak usia 79 tahun.
Jenderal Sigit mengakui bahwa Polri belum sepenuhnya mampu memenuhi ekspektasi publik. Namun, menurutnya, justru karena perhatian dan kepedulian masyarakat, berbagai kritik—baik yang disampaikan secara halus maupun keras—merupakan bentuk cinta terhadap Polri.
“Kami memahami, perhatian masyarakat sering kali datang dalam bentuk masukan. Ada yang lembut, ada juga yang keras. Tapi semua itu kami pandang sebagai dorongan untuk terus memperbaiki diri,” tutur Sigit.
Ia berharap, ke depan Polri semakin mampu meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat, sejalan dengan semangat yang diusung dalam tagline institusi: Polri untuk Masyarakat.
Pagelaran wayang kulit malam itu menampilkan lakon Amartha Binangun, yang sarat pesan moral dan kebajikan. Empat dalang tampil membawakan pertunjukan tersebut, yakni Ki Yanto (hakim agung), Ki Harso Widisantoso (TNI AL), Ki Sri Kuncoro (Brimob Polri), dan Ki Bayu Aji Pamungkas.
Pagelaran seni budaya ini menjadi bagian dari upaya Polri untuk merangkul masyarakat melalui pendekatan kultural yang humanis, sekaligus memperkuat nilai-nilai luhur kebangsaan dalam peringatan hari jadinya. (RH)
