**PRADANAMEDIA/ PALANGKA RAYA – Menghadapi ancaman Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) selama musim kemarau tahun 2025, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) mulai mengaktifkan 77 Pos Lapangan (Poslap) yang tersebar di 52 kecamatan dan 76 desa/kelurahan.
Kebijakan ini merupakan bagian dari program prioritas 100 hari kerja Gubernur Agustiar Sabran dan Wakil Gubernur Edy Pratowo dalam rangka mewujudkan visi “Kalteng Bebas Kabut Asap 2025.”
Dalam rapat persiapan yang digelar secara virtual pada Jumat (5/6), Kepala Pelaksana BPBD Kalteng, Ahmad Toyib, menjelaskan bahwa langkah siaga ini merupakan respons atas peringatan dini dari BMKG yang memprediksi musim kemarau akan mulai berlangsung pada 11 Juni dan mencapai puncaknya pada Juli hingga Agustus.

“Ini menjadi alarm bagi kita semua. Kesiapsiagaan harus dimulai dari sekarang agar tidak kecolongan,” tegas Toyib.
Data Awal dan Penanganan
Berdasarkan laporan Posko Karhutla Pusdalops-PB, dari Januari hingga 4 Juni 2025, telah terjadi 61 kejadian karhutla dengan total lahan terbakar seluas 32,23 hektare yang telah berhasil ditangani. Namun citra satelit menunjukkan area terdampak mencapai 66,06 hektare, menunjukkan potensi risiko yang lebih besar jika tidak ditangani sejak dini.
Untuk mengantisipasi hal tersebut, sebanyak 539 personel gabungan dikerahkan ke lokasi-lokasi rawan karhutla. Masing-masing pos diperkuat oleh unsur Bhabinkamtibmas, Babinsa, serta relawan Masyarakat Peduli Api (MPA). Di Poslap Resort Bangah, Taman Nasional Sebangau, pasukan juga didampingi oleh Polisi Kehutanan.
Mereka bertugas melakukan patroli rutin, memberikan edukasi kepada warga untuk tidak membuka lahan dengan cara dibakar, melakukan pembasahan area rawan, serta memastikan ketersediaan sumber air seperti sumur bor dan embung guna mempercepat pemadaman jika terjadi kebakaran.
Kolaborasi Lintas Sektor
Toyib menekankan pentingnya kerja sama lintas sektor, mulai dari pemerintah kabupaten/kota, desa/kelurahan, hingga lembaga vertikal seperti TNI-Polri. Ia menegaskan bahwa pencegahan lebih penting daripada pemadaman.
“Deteksi dini adalah kunci. Kita tidak bisa menunggu api membesar. Harus ada aksi nyata di lapangan yang melibatkan semua pihak,” ujarnya.
Dalam rapat virtual tersebut, BPBD berharap seluruh peserta menyatakan komitmennya untuk bersinergi dalam mengendalikan karhutla di seluruh wilayah Kalteng.
“Dengan sinergi semua elemen, kita optimistis Kalteng bisa terbebas dari kabut asap. Ini bukan hanya soal bencana, tapi juga soal menjaga kesehatan, lingkungan, dan masa depan masyarakat kita,” tutup Toyib.
Aktivasi 77 pos lapangan jelang musim kemarau ini mencerminkan langkah proaktif Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah dalam mengantisipasi bencana karhutla. Melibatkan ratusan personel dan kolaborasi antarinstansi menjadi strategi penting demi mewujudkan provinsi yang bebas kabut asap. Namun, keberhasilan langkah ini tidak hanya bergantung pada aparat, tetapi juga pada partisipasi aktif masyarakat. Mengubah kebiasaan membuka lahan dengan membakar menjadi hal mendesak yang harus disosialisasikan secara masif. Pencegahan lebih murah dan lebih manusiawi daripada pemulihan. (RH)
