Indonesia Masih Tertinggal dalam Pengembangan AI, Kemkomdigi Soroti Ketimpangan Infrastruktur dan Regulasi

NASIONAL TECHNO

**PRADANAMEDIA / JAKARTA – Pengembangan kecerdasan buatan (AI) di Indonesia dinilai masih tertinggal jauh dibandingkan negara tetangga seperti Singapura. Hal ini diungkapkan oleh Staf Ahli Menteri Komunikasi dan Digital (Komdigi) Bidang Sosial, Ekonomi, dan Budaya, Raden Wijaya Kusumawardhana, dalam agenda Ngopi Bareng Kemkomdigi yang digelar pada Jumat (11/7).

“Singapura itu secara sistemik sudah membangun fondasi digital dan manufaktur sejak lama. Ekosistemnya sudah matang dan terintegrasi,” ujar Wijaya.

Menurutnya, kesenjangan ini tercermin dari tren ekspor produk teknologi informasi dan komunikasi (ICT). Dalam satu dekade terakhir, ekspor ICT Indonesia justru mengalami penurunan, dari 11 persen pada tahun 2010 menjadi sekitar 4–5 persen pada 2021. Sementara itu, Singapura yang sejak awal sudah unggul di angka 60 persen, terus menunjukkan peningkatan.

Ia menambahkan bahwa keunggulan Singapura tidak hanya terletak pada kesiapan sistem, tetapi juga karena ukuran negara yang kecil sehingga lebih gesit dalam membangun kolaborasi, khususnya dengan lembaga riset global.

“Indonesia menghadapi tantangan geografis yang jauh lebih besar. Wilayah kita luas, dan masih terdapat kesenjangan infrastruktur antara Indonesia bagian barat dan timur,” paparnya.

Meski demikian, pemerintah Indonesia terus mendorong pengembangan ekosistem AI. Salah satu langkah yang sedang diupayakan adalah peningkatan status regulasi AI dari sekadar surat edaran menjadi peraturan presiden (Perpres).

“Kita mulai dari penerapan di sektor pemerintahan dulu. Setelah itu baru diperluas ke masyarakat dan pelaku usaha. Kalau regulasi ini bisa naik ke level yang lebih tinggi, itu akan menjadi langkah strategis,” tambahnya.

Wijaya menegaskan bahwa keberhasilan pengembangan AI tidak bisa semata-mata mengandalkan pemerintah pusat. Perlu dukungan dari perguruan tinggi, pelaku industri, hingga pemerintah daerah.

“Riset dan pengembangan harus melibatkan kampus. Idealnya, Indonesia juga memiliki lembaga khusus di luar kementerian yang secara spesifik menangani AI, seperti yang dilakukan Thailand,” jelasnya.

Upaya kolaboratif lintas sektor menjadi kunci bagi Indonesia untuk mengejar ketertinggalan di bidang teknologi masa depan ini. (RH)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *