Palangka Raya – Harga tandan buah segar (TBS) kelapa sawit di Kalimantan Tengah terus menunjukkan tren positif, mengungguli dua provinsi penghasil sawit lainnya di Kalimantan, yakni Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur.
Kepala Bidang Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan, Achmad Sugianor, menyatakan bahwa berdasarkan data hingga 15 November 2025, harga crude palm oil (CPO) ditetapkan sebesar Rp14.154,91 per kilogram. Sementara itu, harga TBS pekebun mitra untuk periode I Januari 2025 bervariasi tergantung usia tanaman. Untuk tanaman berumur tiga tahun, harga ditetapkan Rp2.458,42 per kilogram, sedangkan tanaman berusia 10-20 tahun mencapai Rp3.362 per kilogram.

“Harga ini telah dihitung secara wajar dan diharapkan dapat diterima oleh pekebun mitra,” ujar Sugianor.
Kepala BPS Provinsi Kalimantan Tengah, Agnes Widiastuti, menekankan bahwa subsektor perkebunan berkontribusi besar terhadap ekonomi daerah. Pada 2023, perkebunan menyumbang 14,66 persen terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kalteng, sementara industri pengolahan yang didominasi kelapa sawit menyumbang 15,56 persen.
“Kelapa sawit memiliki peran strategis dalam pembangunan ekonomi, baik dalam penciptaan lapangan kerja, penyumbangan devisa, maupun dukungan terhadap mitigasi perubahan iklim,” kata Agnes.

Plt. Sekretaris Dinas Perkebunan Kalteng, Muhamad Rusan, menambahkan bahwa Kalimantan Tengah memiliki luas lahan kelapa sawit terbesar ketiga di Indonesia setelah Riau dan Kalimantan Barat. Ia optimistis subsektor perkebunan akan terus berkembang seiring meningkatnya permintaan global terhadap produk perkebunan.
“Melalui penetapan harga yang transparan dan kolaborasi dengan berbagai pihak, kami berkomitmen mengembangkan sektor perkebunan Kalteng. Harga TBS yang tinggi tidak hanya menguntungkan pekebun, tetapi juga memperkuat ekonomi daerah secara keseluruhan,” tutup Rusan. (RH)
