**PRADANAMEDIA/ Dalam upaya menggabungkan pembangunan infrastruktur dengan pelestarian warisan budaya lokal, PT Wijaya Karya Serang Panimbang (Wika Serpan) akan menghadirkan desain gerbang tol yang terinspirasi dari arsitektur tradisional Suku Baduy. Inisiatif ini diwujudkan melalui pembangunan dua Gerbang Tol—Cikulur dan Cileles—yang akan dihiasi sentuhan khas Baduy: sederhana namun penuh makna.
Desain gerbang tersebut mengadopsi elemen-elemen arsitektur Baduy, seperti bentuk atap yang khas serta ornamen tradisional yang sarat filosofi. Tak hanya dari sisi estetika, penggunaan material alami seperti kayu dan bambu juga dipertimbangkan, tentu dengan penyesuaian agar tetap memenuhi standar keamanan dan ketahanan infrastruktur modern.

Direktur Teknik dan Operasi Wika Serpan, Arso T. Anggoro, menjelaskan bahwa pembangunan ini tak sekadar soal konektivitas, tetapi juga menjadi jembatan menuju pelestarian budaya. “Kami ingin pengguna jalan tak hanya mencapai tujuan dengan cepat, tetapi juga merasakan kekayaan budaya Banten yang luar biasa melalui desain gerbang tol ini. Ini bukan hanya pintu tol, tapi juga pintu masuk ke dalam kekayaan budaya,” ujarnya dalam siaran pers, Rabu (21/5).
Lebih dari sekadar proyek fisik, konsep ini juga diharapkan menjadi media edukatif yang memperkenalkan budaya Baduy kepada masyarakat luas. Pengguna jalan diharapkan memperoleh pengalaman yang tak hanya fungsional tetapi juga berkesan secara kultural, menjadikan gerbang tol ini ikon kebudayaan yang membanggakan Provinsi Banten.
Wika Serpan menegaskan bahwa pembangunan infrastruktur berkelanjutan harus selaras dengan nilai-nilai lokal dan mampu memberi kontribusi positif bagi pengembangan wilayah. Pendekatan yang inklusif dan harmonis antara aspek teknis, sosial, dan kultural menjadi fondasi dari proyek ini.
Sebagai informasi, Jalan Tol Serang–Panimbang merupakan bagian dari jaringan Jalan Tol Trans Jawa yang menghubungkan Jakarta, Serang, hingga Pandeglang. Proyek ini diharapkan dapat meningkatkan konektivitas, mendorong pertumbuhan ekonomi, serta memperkuat sektor pariwisata, khususnya di wilayah Banten Tengah dan Selatan.
Inisiatif ini bukan hanya mencerminkan komitmen terhadap pembangunan fisik, tetapi juga menunjukkan keseriusan dalam melestarikan jati diri bangsa melalui budaya lokal yang kaya dan bermakna. (RH)
