Gelombang Protes Imigrasi Meluas ke New York, Warga Teriakkan Perlawanan Damai terhadap Kebijakan Trump

INTERNASIONAL PEMERINTAHAN

**PRADANAMEDIA/ NEW YORK CITY – Aksi demonstrasi menentang kebijakan imigrasi Presiden Amerika Serikat Donald Trump kini meluas ke New York City pada Selasa (10/6), setelah sebelumnya pecah di Los Angeles, California. Ribuan warga turun ke jalan untuk menyuarakan protes terhadap operasi penangkapan imigran tak berdokumen yang dilakukan secara masif oleh Imigrasi dan Penegakan Bea Cukai (ICE) dalam beberapa pekan terakhir.

Di bawah pemerintahan Trump, ICE meningkatkan intensitas penggerebekan terhadap komunitas imigran, yang menuai kritik luas dari berbagai elemen masyarakat. Aksi unjuk rasa yang berlangsung di Manhattan ini berlangsung damai, namun dipenuhi semangat dan solidaritas.

“Tidak ada kebencian, tidak ada rasa takut. Imigran diterima di sini!” seru para demonstran, seperti dilaporkan AFP.

Sebagian besar massa membawa poster dengan pesan-pesan penolakan terhadap ICE, termasuk tulisan “ICE, keluar dari New York.” Beberapa di antaranya turun ke jalan demi anggota keluarga mereka yang terancam deportasi.

“Saya di sini untuk membela mereka yang tidak bisa hadir sendiri, terutama untuk ibu saya,” ujar seorang perempuan kepada AFP, sambil meminta identitasnya dirahasiakan karena status ibunya yang berasal dari Meksiko tidak berdokumen. Ia menambahkan, “Sejujurnya, negara ini tidak akan menjadi seperti sekarang tanpa kontribusi imigran.”

Seorang pengunjuk rasa lainnya, Jacqueline, menyatakan bahwa aksi ini merupakan bentuk kepeduliannya terhadap keselamatan keluarganya. “Saya khawatir akan kondisi mereka sekarang. Saya tidak ingin hidup dalam masyarakat di mana saya terus merasa takut atas keselamatan keluarga saya,” katanya.

Kontras dengan Los Angeles: New York Dijaga Ketat, Tapi Damai

Berbeda dengan Los Angeles yang dilanda kerusuhan sejak Jumat (6/6), demonstrasi di New York berlangsung lebih damai. Namun, Wali Kota New York City Eric Adams menegaskan bahwa pihaknya tidak akan mentoleransi aksi yang berubah menjadi kekerasan. Ia menyatakan, Departemen Kepolisian New York (NYPD) siap menghadapi segala kemungkinan di tengah meningkatnya ketegangan sosial.

“Kita tidak akan membiarkan kota ini jatuh ke dalam kekacauan seperti yang terjadi di Los Angeles,” kata Adams.

Di sisi lain, respons keras dari Gedung Putih terhadap protes di Los Angeles semakin memicu kontroversi. Presiden Trump menerjunkan ribuan personel Garda Nasional dan sekitar 700 Marinir aktif untuk mengendalikan situasi di kota tersebut.

Los Angeles Dikenai Jam Malam, Ketegangan Masih Tinggi

Untuk meredam kekacauan yang berlarut-larut, Wali Kota Los Angeles Karen Bass menetapkan jam malam di pusat kota mulai Selasa malam (10/6), berlaku dari pukul 20.00 hingga 06.00 waktu setempat. Jam malam ini kemungkinan besar akan diberlakukan selama beberapa hari ke depan.

Kepala Departemen Kepolisian Los Angeles, Jim McDonnell, menyatakan bahwa hanya penduduk di area tertentu, tunawisma, petugas medis, personel darurat, dan jurnalis yang akan dikecualikan dari aturan jam malam.

“Jam malam ini merupakan langkah darurat untuk melindungi nyawa dan mencegah kerusakan properti setelah berhari-hari kerusuhan meluas di seluruh penjuru kota,” tegas McDonnell.

Ketegangan Meningkat, Amerika Hadapi Ujian Sosial Baru

Gelombang protes ini mencerminkan ketegangan sosial yang semakin tajam di Amerika Serikat terkait isu imigrasi. Di tengah kebijakan yang dinilai represif oleh sebagian masyarakat, jutaan warga kini mempertanyakan arah kebijakan nasional yang dianggap mengorbankan prinsip-prinsip kemanusiaan dan keadilan sosial. (RH)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *