Surabaya – Sebuah surat penolakan kehadiran penceramah dalam acara Maulid Nabi Muhammad di Masjid Al Huda Tenggumung, Surabaya, baru-baru ini menghebohkan publik. Surat yang dikeluarkan oleh DPW Front Persaudaraan Islam (FPI) Kota Surabaya tersebut menolak kehadiran KH Marzuki Mustamar sebagai penceramah, yang merupakan sosok terkemuka dalam Nahdlatul Ulama.
Ormas Pejuang Nusantara Indonesia Bersatu (PNIB), melalui ketua umumnya Gus Wal, mengecam keras tindakan intoleran ini. Menurutnya, KH Marzuki Mustamar adalah tokoh yang dihormati dan menjadi panutan masyarakat, dan penolakan tersebut menunjukkan ketidakdewasaan dalam merayakan hari besar keagamaan. “Melarang Kyai Marzuki datang dengan alasan menjaga suasana kondusif sama saja dengan menganggapnya sebagai penyebab onar,” tegas Gus Wal, menekankan pentingnya menghargai kontribusi ulama dalam memperkuat ajaran Islam yang damai.
Pelarangan kehadiran KH Marzuki, yang sebelumnya menjabat sebagai Ketua Tanfidhiah PW NU Jawa Timur, menimbulkan kebingungan di kalangan Nahdliyin dan mengundang reaksi keras dari berbagai elemen masyarakat. Gus Wal mengingatkan bahwa ada upaya untuk memecah belah umat dengan mendzolimi ulama, dan ini merupakan bentuk provokasi dari kelompok intoleran yang berupaya menanamkan kebencian di antara sesama. “Ini bukan hanya tentang satu acara; ini adalah bagian dari agenda yang lebih besar untuk merusak kerukunan umat,” tambahnya.
Lebih jauh, Gus Wal menyatakan bahwa tindakan FPI Reborn ini mencerminkan tren mengkhawatirkan di mana kelompok-kelompok tertentu berusaha membungkam suara-suara moderat dalam Islam. “FPI berusaha membenturkan umat agar sibuk bertengkar, sementara penyebaran faham khilafah dan wahabi semakin menguat. Kita harus tetap waspada terhadap provokasi ini, karena intoleransi dapat berujung pada radikalisasi dan terorisme jika tidak diantisipasi sejak dini,” lanjutnya.
Gus Wal menegaskan bahwa tindakan intoleran tidak hanya mengancam umat beragama lain, tetapi juga sesama Muslim. “Kelompok yang berbicara persaudaraan namun menciptakan perpecahan jelas berusaha membodohi masyarakat. Kita harus bersatu menolak HTI, PKI, dan segala bentuk intoleransi, radikalisme, serta terorisme yang mengancam kedamaian bangsa,” pungkasnya.
Aksi penolakan ini menjadi pengingat pentingnya menjaga kerukunan dan persatuan di tengah keragaman. PNIB menyerukan semua elemen masyarakat untuk bersatu melawan segala bentuk ekstremisme dan menegaskan kembali komitmen untuk menciptakan dialog yang konstruktif antarumat beragama. “Kita tidak boleh lengah; setiap upaya provokasi harus dihadapi dengan kesadaran kolektif dan ketegasan dalam mempertahankan nilai-nilai kebersamaan yang telah lama menjadi ciri bangsa ini,” tutup Gus Wal, mengajak masyarakat untuk selalu kritis dan aktif dalam menjaga harmoni sosial. (KN)
