Jakarta – Deddy Corbuzier kembali menjadi sorotan publik setelah mengunggah sebuah video yang memicu perdebatan di media sosial. Dalam video tersebut, Deddy meluapkan emosinya terhadap komentar seorang siswa yang mengungkapkan ketidaksukaannya terhadap makanan gratis dari program Pemerintahan Prabowo-Gibran. Menurut siswa itu, makanan yang disediakan “tidak terasa nikmat.”
Deddy menyebut komentar tersebut sebagai bentuk ketidaksyukuran, mengingat menu yang disediakan sudah mencakup ayam dan bergizi. Ia membandingkan situasi itu dengan anaknya, Azka, yang sering makan nasi kotak di lokasi syuting tanpa mengeluh, terlepas dari rasa makanannya. “Kalau kamu komplain, sekaya apa ente? Gila,” ujar Deddy dalam video tersebut.
Namun, tanggapan Deddy justru menuai kritik dari netizen. Banyak yang menilai pernyataannya tidak bijaksana, terutama karena siswa tersebut hanya mengungkapkan pengalaman pribadinya. Sebagian netizen menyoroti bahwa program makanan gratis ini masih menghadapi berbagai masalah teknis, seperti kualitas bahan baku, proses distribusi, dan standar kebersihan.
Respon Netizen:
Beberapa netizen memberikan tanggapan tajam terhadap komentar Deddy. Salah satu netizen menulis, “Boleh diicip dulu Bang Ded. Bedain nasi box seharga 35-50 ribu sama anggaran makan siang 7.500.” Ada juga yang menyarankan agar kritik Deddy lebih konstruktif. “Kalau mau kritik, jangan ngomongin kasta, Om Ded. Itu kan masukan buat perbaikan program.”
Netizen lain mengusulkan solusi konkret, seperti membangun dapur di setiap sekolah agar kualitas makanan lebih terjamin. “Om, kasih saran agar dapurnya ada di sekolah masing-masing. Bisa training ke pesantren atau sekolah kedinasan,” tulis seorang warganet.
Tak sedikit pula yang merasa bahwa komentar Deddy terlalu keras untuk anak kecil. “Astaghfirullah, anak-anak itu refleks saat komentar. Mereka hanya menjawab dengan jujur. Kenapa malah dihujat?” ujar salah satu netizen.
Poin Evaluasi Program:
Insiden ini memunculkan diskusi lebih luas mengenai evaluasi program makanan gratis tersebut. Beberapa warganet menyebutkan pentingnya meningkatkan standar bahan baku dan distribusi agar makanan tetap segar dan layak konsumsi. Ada juga yang menyoroti perlunya pendekatan yang lebih bijaksana dalam menangani kritik dari masyarakat, termasuk dari anak-anak.
Kontroversi ini menjadi pengingat bahwa masukan dari masyarakat, termasuk yang berasal dari generasi muda, seharusnya dijadikan peluang untuk memperbaiki program, bukan untuk menciptakan polemik baru. (KN)
