GLOBAL/ NEW DELHI – Dalam buku terbarunya berjudul Voice for the Voiceless, Dalai Lama menegaskan bahwa penerusnya akan lahir di luar wilayah China. Pernyataan ini semakin memperumit perselisihan dengan Beijing mengenai kendali atas Tibet, wilayah yang ditinggalkannya lebih dari enam dekade lalu.
Buku yang akan dirilis pada Selasa ini menyebutkan bahwa komunitas Tibet di seluruh dunia menginginkan keberlanjutan institusi Dalai Lama setelah kematiannya. Sebelumnya, Dalai Lama yang kini berusia 89 tahun sempat menyatakan bahwa garis kepemimpinan spiritualnya mungkin akan berakhir pada dirinya. Namun, dalam buku ini, untuk pertama kalinya ia secara spesifik menyebut bahwa penerusnya akan lahir di “dunia bebas”, yang dalam konteks ini berarti di luar China.

Menentang Upaya China dalam Menentukan Suksesi
Dalai Lama ke-14, yang memiliki nama asli Tenzin Gyatso, melarikan diri ke India pada tahun 1959 setelah pemberontakan melawan pemerintahan Komunis Mao Zedong gagal. Sejak saat itu, Beijing bersikeras bahwa mereka memiliki hak untuk menentukan penggantinya. Namun, Dalai Lama menolak gagasan tersebut, menyatakan bahwa setiap penerus yang dipilih oleh pemerintah China tidak akan dihormati oleh rakyat Tibet.
“Karena tujuan reinkarnasi adalah untuk meneruskan misi pendahulu, Dalai Lama berikutnya akan lahir di dunia bebas. Dengan demikian, ia tetap bisa menjadi suara bagi kasih sayang universal, pemimpin spiritual Buddhisme Tibet, serta simbol perjuangan rakyat Tibet,” tulis Dalai Lama dalam bukunya.
Respons China: Dalai Lama Dianggap Separatis
Ketika ditanya mengenai pernyataan Dalai Lama dalam buku tersebut, juru bicara Kementerian Luar Negeri China pada Senin kemarin kembali menegaskan posisi resmi Beijing. “Dalai Lama adalah seorang pelarian politik yang berkedok agama dan terlibat dalam kegiatan separatis anti-China,” ujarnya.
China secara konsisten mengklaim bahwa Tibet adalah bagian tak terpisahkan dari wilayahnya dan menuduh Dalai Lama berupaya mengganggu stabilitas. Pemerintah Beijing juga berharap Dalai Lama akan “kembali ke jalan yang benar”, dengan syarat dia mengakui kedaulatan China atas Tibet dan Taiwan.
Dukungan Internasional dan Masa Depan Tibet
Dalai Lama telah mendapatkan dukungan luas dari berbagai pihak, termasuk selebritas seperti Richard Gere dan politisi seperti Nancy Pelosi. Para pengikutnya mengkhawatirkan kesehatannya, terutama setelah operasi lutut yang ia jalani tahun lalu. Meski demikian, dalam wawancara dengan Reuters pada Desember lalu, ia menyatakan bahwa dirinya mungkin bisa hidup hingga usia 110 tahun.
Dalam bukunya, ia menegaskan bahwa selama lebih dari satu dekade, ia menerima banyak permintaan dari rakyat Tibet agar garis keturunan Dalai Lama tetap berlanjut. Tradisi Tibet meyakini bahwa seorang biksu senior akan bereinkarnasi dalam tubuh seorang anak setelah kematiannya. Dalai Lama ke-14 sendiri diidentifikasi sebagai reinkarnasi dari pendahulunya saat ia baru berusia dua tahun.
Perjuangan yang Tak Akan Padam
Dalai Lama mengakui bahwa harapannya untuk kembali ke Tibet semakin kecil. Namun, ia tetap percaya bahwa perjuangan rakyat Tibet untuk kebebasan akan terus berlanjut meskipun dirinya sudah tiada.
“Hak rakyat Tibet untuk menjadi penjaga tanah air mereka sendiri tidak bisa disangkal selamanya. Begitu pula aspirasi mereka untuk meraih kebebasan tidak akan bisa dihancurkan melalui penindasan,” tulisnya.
Buku Voice for the Voiceless akan diterbitkan oleh William Morrow di Amerika Serikat dan HarperNonFiction di Inggris, sementara HarperCollins akan menangani penerbitan di India dan beberapa negara lainnya. Buku ini juga berisi refleksi Dalai Lama mengenai hubungannya dengan para pemimpin China selama tujuh dekade terakhir.
Dengan pernyataan tegasnya dalam buku ini, sengketa antara Dalai Lama dan pemerintah China diperkirakan akan semakin memanas, terutama terkait suksesi kepemimpinan spiritual Tibet di masa depan. (RH)
