“Bentrok di Rest Area KM 45: Anggota TNI AL Lepaskan Tembakan, Satu Tewas, Satu Luka”

HUKAM NASIONAL

JAKARTA – Panglima Koarmada RI, Laksamana Madya TNI Denih Hendrata, mengungkapkan bahwa anggotanya terlibat insiden penembakan di Indomaret Rest Area KM 45 Tol Tangerang–Merak setelah menjadi korban pengeroyokan oleh sekelompok orang.

“Mereka (anggota TNI AL) mengalami pengeroyokan oleh sekitar 15 orang di lokasi tersebut,” jelas Denih dalam konferensi pers di Mabes Koarmada TNI AL, Senin (6/1).

Insiden ini diduga berawal dari sengketa terkait pembelian mobil Honda Brio B 2696 KZO, yang melibatkan sejumlah pihak. Dalam kejadian itu, seorang anggota TNI AL melepaskan tembakan, mengakibatkan satu orang tewas dan satu lainnya mengalami luka tembak.

Korban tewas adalah Ilyas Abdurrahman (48), sementara korban luka adalah Ramli Abu Bakar (60), yang kini dirawat intensif di RSCM Jakarta setelah sebelumnya dirawat di RSUD Balaraja.

Kronologi Kejadian
Kasus bermula ketika Ilyas Abdurrahman dan rombongannya, yang berasal dari rental mobil Makmur Jaya, mengejar mobil Honda Brio yang diduga dibawa oleh sindikat penggelapan mobil. Dalam pengejaran, mereka sempat menghadang mobil tersebut di kawasan Saketi, Tangerang. Namun, pria dalam mobil Brio tersebut keluar dengan menodongkan senjata api dan mengaku sebagai anggota TNI AU, yang kemudian diketahui adalah anggota TNI AL.

Pengejaran berlanjut hingga ke Rest Area KM 45, tempat Ilyas dan rombongannya hendak menggerebek mobil tersebut. Di lokasi itu, diketahui kawanan pelaku tak hanya berada di mobil Honda Brio, tetapi juga di mobil Daihatsu Sigra hitam. Bentrokan pun terjadi, dan letusan senjata api terdengar di area Indomaret.

Penanganan Kasus
Untuk menindaklanjuti insiden ini, tiga anggota TNI AL, yakni Sertu AA, Sertu RH, dan Kelasi Kepala (KLK) BA, telah diperiksa oleh Puspomal guna mendapatkan keterangan lebih lanjut.

Pihak korban menyebut, sebelum bentrokan di Rest Area KM 45, mereka sempat meminta bantuan dari Polsek Cinangka untuk mengamankan kendaraan mereka yang dilacak melalui GPS. Namun, permintaan itu ditolak oleh petugas piket maupun Kapolsek Cinangka.

Sengketa ini menyoroti ketegangan antara tindakan pengejaran pribadi dan pelibatan aparat dalam menangani dugaan penggelapan kendaraan, yang berujung pada tragedi berdarah. (RH)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *