**PRADANAMEDIA/ NUSANTARA — Di tengah geliat pembangunan fisik Ibu Kota Nusantara (IKN), sebuah tonggak sejarah baru sedang dipancangkan: pembangunan Basilika Santo Fransiskus Xaverius, yang akan menjadi basilika pertama di Indonesia sekaligus simbol kokohnya fondasi spiritual dan toleransi di pusat pemerintahan masa depan.
Peletakan batu pertama dilakukan secara khidmat pada Sabtu, 7 Juni 2025, dihadiri oleh perwakilan dari Otorita IKN, Keuskupan Agung Samarinda, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, serta Kementerian Agama. Misa pemberkatan dipimpin langsung oleh Uskup Agung Monsinyur Yustinus Harjosusanto, yang menekankan pentingnya merawat harmoni antarumat beragama dalam perjalanan membangun ibu kota baru.
“Kehadiran basilika ini diharapkan memperkuat kerukunan dan menjadi teladan pluralisme di IKN,” ujar Uskup Yustinus, Minggu (8/6), dikutip dari Awak Media.

Pusat Spiritualitas yang Megah dan Modern
Basilika Santo Fransiskus Xaverius akan berdiri di atas lahan seluas 2,02 hektare, dan dirancang mampu menampung hingga 1.600 jemaat. Dengan kapasitas ini, basilika tersebut akan menjadi salah satu rumah ibadah Katolik terbesar dan termegah di Indonesia.
Lebih dari sekadar tempat ibadah, kompleks basilika akan dilengkapi berbagai fasilitas penunjang rohani, antara lain:
- Wisma Uskup
- Taman Doa dan Goa Maria
- Menara Lonceng
- Jalan Salib
Seluruhnya dirancang untuk menciptakan suasana religius yang menyatu dengan alam dan mendukung peribadatan yang khusyuk.
Tak hanya dari sisi spiritualitas, proyek ini juga menegaskan komitmen IKN terhadap pembangunan berkelanjutan dan cerdas. Dengan nilai proyek mencapai Rp 651 miliar, desain Basilika Santo Fransiskus Xaverius mengusung prinsip smart building dan green building, selaras dengan visi IKN sebagai kota ramah lingkungan dan berbasis teknologi modern.
Pilar Toleransi di Tengah Kota Masa Depan
Pembangunan basilika ini bukan sekadar proyek fisik. Di tengah dinamika keberagaman di Indonesia, kehadiran rumah ibadah lintas agama di pusat pemerintahan menunjukkan komitmen negara terhadap toleransi, inklusivitas, dan kebebasan beragama.
Langkah ini menunjukkan bahwa pembangunan IKN tidak hanya berorientasi pada fisik dan ekonomi, tetapi juga spiritual dan sosial. Dengan menjadikan kerukunan antarumat beragama sebagai fondasi, IKN diarahkan menjadi kota yang bukan hanya canggih secara teknologi, tetapi juga dewasa secara peradaban.
Jika rampung sesuai target pada Desember 2025, Basilika Santo Fransiskus Xaverius bukan hanya akan berdiri sebagai bangunan megah di tengah ibu kota baru, tetapi juga sebagai monumen hidup toleransi dan harmoni yang menjadi roh dari proyek kebangsaan ini. (RH)
