**PRADANAMEDIA/ PALANGKA RAYA – Hingga hari ini, lima kabupaten di Kalimantan Tengah masih bergulat dengan dampak bencana banjir. Berdasarkan data dari Badan Penanggulangan Bencana dan Pemadam Kebakaran (BPB-PK) Kalteng per Kamis (10/11), wilayah yang terdampak mencakup Barito Selatan, Kapuas, Katingan, Murung Raya, dan Barito Utara.
Data dan Kronologi Kejadian
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPB-PK Kalteng, Alpius Patanan, mengungkapkan bahwa dari kelima kabupaten tersebut, Barito Selatan merupakan yang paling lama mengalami genangan air. “Berdasarkan data terbaru, banjir di Barito Selatan telah berlangsung sejak 7 Januari 2025 dengan total mencapai 93 hari, mencakup satu kecamatan serta tujuh desa/kelurahan,” ujar Alpius pada Jumat (11/4).
Di sisi lain, kabupaten Katingan mencatat banjir yang berlangsung selama 36 hari sejak terjadi genangan pertama pada 3 Maret 2025. Meskipun dampaknya relatif terbatas pada satu kecamatan dan satu desa, belum ada laporan signifikan terkait korban langsung dari bencana ini.

Sementara itu, kondisi di Kabupaten Kapuas menunjukkan situasi yang cukup serius. Di wilayah yang dikategorikan sebagai titik banjir terparah di Kalteng, genangan telah berlangsung selama 23 hari sejak 4 Maret 2025. Dilaporkan, banjir telah menggenangi lima kecamatan dan 38 desa/kelurahan, dengan ketinggian air mencapai hingga tiga meter – hampir mencapai ketinggian atap rumah warga.
Di Kabupaten Murung Raya dan Barito Utara, banjir baru kembali terjadi sejak 9 April 2025, menambah panjang daftar wilayah yang terdampak.
Dampak Menyeluruh dan Prediksi Cuaca
Secara total, BPB-PK Kalteng menyatakan bahwa sebanyak 12 kecamatan, 56 desa/kelurahan, serta 39.129 jiwa telah terdampak oleh banjir di wilayah ini. Mengingat proyeksi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) yang menyatakan bahwa musim hujan kemungkinan akan berlangsung minimal hingga pertengahan Juni 2025, potensi kekambuhan bencana ini masih sangat tinggi.
Prakirawan Stasiun Meteorologi Kelas I Tjilik Riwut, Muhamad Ihsan Sidiq, menambahkan bahwa dalam periode 11-17 April 2025, sebagian besar wilayah Kalteng diprediksi akan dilanda hujan sedang hingga lebat. “Seminggu ke depan, potensi hujan deras menjadi ancaman nyata yang dapat menimbulkan dampak seperti genangan, banjir, tanah longsor, bahkan pohon tumbang,” ujar Ihsan.
Redaksional: Menatap Tantangan dan Upaya Mitigasi
Situasi yang terjadi di Kalteng menggambarkan betapa rentannya wilayah ini terhadap dinamika cuaca ekstrem dan pentingnya kesiapsiagaan bencana. Kesinambungan banjir, terutama di Barito Selatan yang telah terendam selama lebih dari tiga bulan, menuntut perhatian dan respons cepat dari aparat terkait serta kerja sama lintas sektor.
Kehadiran data yang menunjukkan jumlah jiwa terdampak serta wilayah yang masih terus bergulat dengan bencana ini tidak hanya menjadi cermin dari kekuatan alam, tetapi juga menegaskan perlunya peningkatan sistem peringatan dini dan pembangunan infrastruktur yang lebih adaptif terhadap perubahan iklim. Upaya mitigasi yang intensif, pendampingan masyarakat serta perbaikan sarana dan prasarana pengendalian banjir menjadi agenda penting yang harus segera direalisasikan guna mengurangi resiko bencana serupa di masa mendatang.
Masyarakat didorong untuk selalu waspada dan mengikuti imbauan dari otoritas terkait. Kehati-hatian dalam menghadapi kondisi cuaca yang semakin tidak menentu adalah kunci untuk meminimalisir dampak bencana, sehingga langkah-langkah pencegahan seperti evakuasi dini, penyediaan bantuan darurat, dan program perbaikan infrastruktur harus terus dijalankan secara konsisten. (RH)
